Pages

ANALISIS KONSTRIBUSI PDB ANTARSEKTOR SERTA ANALISIS TAKE-OFF PERIODE 1969 - 1983

1.ANALISIS PERHITUNGAN PERTUMBUHAN EKONOMI PER TAHUN
TABEL I
PRODUK DOMESTIK BRUTO, 1969 – 1983
(dalam milyaran Rupiah, atas dasar harga konstan tahun 1973)

1970 = >5.182 – 4.820,5/4.820,5 x 100%= 7,49% 1977=>8.882 - 8.156,3/8.156,3 x 100%=8,16%
1971=>5.544,7 – 5.182/5.182 x 100%=6,99% 1978=>9.556,5 - 8.882/8.882 x 100%=8,44%
1972=>6.067,2 - 5.544,7/5.544,7 x 100%=9,42% 1979=>10.164,9 - 9.556,5/9.556,5x 100%=6,25%
1973=>6.753,4 -6.067,2 / 6.067,2 x 100%=11,31% 1980=>11.169,2 - 10.164,9/10.164,9 x 100%=9,88%
1974=>7.269,0 - 6.753,4/6.753,4 x 100%=7,63% 1981=>12.054,6 - 11.169,2/11.169,2 x 100%=7,92%
1975=>7.630,8 -7.269,0 / 7.269,0 x 100%=4,97% 1982=>12.325,4 - 12.054,6/12.054,6 x 100%=2,25%
1976=>8.156,3 - 7.630,8/7.630,8 x 100%=6,88% 1983=>12.843,2 - 12.325,4/12.325,4 x 100%=4,19%
Pada awal tahun 1971, perekonomian maju di sektor migas sampai dengan tahun 1980 yaitu sekitar US$0,6 miliar pada tahun 1973 disektor migas dan meningkat hingga tahun 1980 menjadi US$10,6 miliar karena ada penggenjotan di sektor tersebut dan mulai melirik sektor pertanian pula yang kemudian tercapailah suatu swasembada pangan . Akan tetapi, pada tahun 1980 tersebut terjadi inflasi karena defisit berimbang yang tidak diikuti unsur likuiditas dan uang yang terlalu banyak beredar dan memaksa untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi hingga tahun data tahun 1983 pemerintah memulai langkah baru dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi yaitu dengan menitikberatkan pembangunan industri yang sayangnya industri yang dibangun ialah industri yang prematur dan bersifat mercusuar bukannya industri yang berorientasi pada spesialisasi persaingan global yang membentuk ketahanan bangsa yang mampu membawa bangsa indonesia dalam posisi take-off. Hal ini semakin berakibat buruk setelah timbulnya konglomerasi yang mengakibatkan tidak likuidnya sektor moneter bangsa pada era setelah 1983 sampai dengan 1997. Naiknya jumlah investasi swasta terutama konglomerasi yang melebihi tabungan swasta disinyalir sebagai salah satu indikator likuiditas yang rentan solvency karena jumlah nya yang melebihi LDM sampai dengan 100% ditambah lagi dengan kurangnya likuiditas sektor perbankan pada waktu itu yang perputaran dananya terlalu cepat dalam kegiatan perkreditan sehingga dana cadangan nya mengalami kekurangan untuk melakukan operasinya terutama terhadap nasabahnya yang menyimpan uangnya dalam Bank kurang dijamin bahkan gagal secara likuiditas penjaminan dana bagi nasabahnya.



2. PERHITUNGAN STRUKTUR EKONOMI DILIHAT DARI KONSTRIBUSI PDB TIAP SEKTOR


TABEL II
Lapangan usaha
1970 1983

pertanian, kehutanan & perikanan
46,95364 29,94502
pertanbangan & penggalian 9,368323 7,448101
industri pengolahan 8,270926 15,12591
listrik, gas & air minum 0,406597 0,878354
Bangunan 2,375272 6,264503
pengangkutan & komunikasi 3,273519 5,859588
perdagangan, lembaga keuangan & jasa lainnya 29,35173 34,47852
Jumlah
100 100







LAPANGAN USAHA 1969 1983
Pertanian,kehutanan, &perikanan 2.263,4/4.820 x 100%=46,95% 3.845,6/12.842 x 100%=29,95%
Pertambangan & penggalian 451,6/4.820 x 100%=9,37% 956,5/12.842 x 100%=7,45%
Indstri Pengolahan 398,7/4.820 x 100%=8,27% 1.942,5/12.842 x 100%=15,13%
Lisrik, gas & air minum 19,6/4.820 x 100%=0,41% 112,8/12.842 x 100%=0,88%
Bangunan 114,5/4.820 x 100%=2,36% 804,5/12.842 x 100%=6,26%
Pengangkutan & Komunikasi 157,8/4.820 x 100%=3,27% 752,5/12.842 x 100%=5,86%
Perdagangan, lembaga keuangan
& jasa lainnya 1.414,9/4.820 x 100%=29,35% 4.427,8/12.842 x 100%=34,48%

Perubahan struktur ekonomi terlihat signifikan, yaitu terjadi penurunan konstribusi di bidang pertanian, kehutanan dan perikanan, pertambangan sedangkan dibidang lainnya mengalami kenaikan, hal ini seperti apa yang di asumsikan oleh Collin Clarck yaitu adanya suatu penurunan sektor primer dari tahun ke tahun, dan meningkatnya sektor sekunder dan tersier. Hal ini bisa terjadi karena adanya pendapatan perkapita penduduk dari tahun ke tahun, yang dimana setiap kenaikan pendapatan penduduk selalu diiringi kenaikan konsumsi tersier dan sekunder, sehingga dapat pula meningkatkan pendapatan pemerintah di bidang pajak dan itu merupakan suatu hal yang secara rill dan logis. Adanya suatu perkembangan Industri dan jasa non tambang dan tani yang semakin beragam dan berorientasi pasar mungkin bisa pula sebagai stimulus dari setiap konstribusi tiap sektor. Selain itu, perecepatan pertumbuhan ekonomi mulai digalakan terutama di sektor industri karena ada pukulan defisit berimbang pada tahun 1980 yang memaksa adanya percepatan pertumbuhan ekonomi Via industrialisasi.

KURVA KONSTRIBUSI PDB PER SEKTOR


Jika dilihat dari konstribusi masing- masing sektor terhadap PDB, bisa dilihat adanya suatu penurunan pada sektor 1 dan 2 dibanding yang lainnya, bisa dibilang inilah gambaran bahwa bangsa Indonesia dalam periode tahun bersangkutan sudah ada kecenderungan untuk menuju tahap take-off (asumsi Clark) jika dilihat dari PDB berikut konstribusi tiap sektornya walaupun tahun selanjutnya kenyataan itu berubah hingga berbuah krisis berkepanjangan di kuarter ke-2 tahun 1997 dan berdampak multidimensi di tahun-tahun berikutnya.

0 komentar: