Pages

MASALAH INTERNASIONAL DALAM AKUNTANSI MANAJEMEN

BAB I
PENDAHULUAN


Menjalankan bisnis dalam lingkungan global mengharuskan manajemen mengubah perspektifnya. Terdapat banyak kesamaan aspek bisnis pada skala lokal dan global. Namun beberapa di antaranya berbeda. Perusahaan yang menjalankan usahanya di negara asal dan negara lainnya mungkin menemukan bahwa praktek bisnis yang berjalan baik di negara asal ternyata tidak berlaku di negara lain. Sebagian besar perbedaan ini berkaitan dengan lingkungan bisnis yaitu lingkungan budaya, hukum, politik, dan ekonomi dari masing-masing negara.
Dalam dunia bisnis global membutuhkan akuntan manajemen untuk menangani masalah keuangan dan operasi bisnis sehari-hari. Latihan yang baik, pendidikan, dan tetap mengikuti perubahan yang terjadi adalah penting bagi seorang akuntan. Namun, tugas akuntan manajemen pada perusahaan internasional lebih kompleks karena perubahan yang terus menerus terjadi pada bisnis global. Karena tugas utama akuntan manajemen adalah menyediakan informasi yang relevan kepada pihak manajemen dan agar terap mampu mengikuti perkembangan, maka akuntan manajemen harus membaca berbagai buku dan artikel bisnis mengenai sistem informasi, pemasaran, manajemen, politik, dan ekonomi. Selain itu, akuntan manajemen harus akrab dengan peraturan akuntansi keuangan dari negara di mana perusahaan beroperasi.


BAB II
PERMASALAHAN


Permasalahan yang dapat dirumuskan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa peran akuntansi manajemen dalam lingkungan internasional?
2. Apa saja bentuk keterlibatan perusahaan dalam perdagangan internasional?
3. Apa saja cara yang ditempuh oleh akuntan manajemen dalam mengelola risiko nilai tukar mata uang asing?
4. Mengapa perusahaan multinasional memilih bentuk desentralisasi?
5. Bagaimana faktor-faktor lingkungan mempengaruhi evaluasi kinerja pada perusahaan multinasional?
6. Apa peran penetapan harga transfer pada perusahaan multinasional?
7. Bagaimana perusahaan multinasional menghadapi masalah-masalah etika yang mempengaruhi operasi perusahaan di lingkungan internasional?



BAB III
PEMBAHASAN


A. AKUNTANSI MANAJEMEN DALAM LINGKUNGAN INTERNASIONAL
Lingkungan bisnis internasional yang global mempunyai berbagai budaya, hukum, politik dan ekonomi yang berbeda. Akuntansi manajemen berperan menyediakan informasi yang relevan kepada pihak manajemen. Akuntan manajemen menyediakan keterampilan bisnis dan keuangan. Tugas akuntan manajemen pada perusahaan multinasional lebih menantang karena ambiguitas dan perubahan terus menerus sifat dari bisnis global. Akuntan manajemen harus tetap mengikuti perkembangan mutakhir berbagai bidang bisnis mulai dari sistem informasi, pemasaran, manajemen, politik dan ekonomi. Selain itu, akuntan manajemen harus memahami standar akuntansi keuangan dari berbagai negara di mana perusahaan beroperasi.

B. KETERLIBATAN DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Perusahaan multinasional (multinational corporation / MNC) adalah perusahaan yang menjalankan bisnis di lebih dari satu negara yang volume dan pertumbuhannya juga terjadi di lebih dari satu negara. beberapa yang lazim adalah perusahaan impor dan ekspor, cabang-cabang keseluruhan, dan joint venture.
• Impor dan ekspor
Impor bahan baku mempunyai kompleksitas biaya pada pengenaan freight-in atau ongkos masuk dan tariff atau pajak impor. Sedangkan dalam penjualan barang ke luar negeri atau ekspor, kompleksitas terdapat pada negara tujuan.


• Zona perdagangan luar negeri
Akuntan manajemen harus waspada terhadap biaya yang timbul dari impor bahan baku. Akuntan manajemen juga harus mampu mengevaluasi manfaat potensial dari zona perdagangan luar negeri ketika mempertimbangkan lokasi pabrik.
• Pakta perdagangan dan tarif
Pakta perdagangan antar berbagai negara mempengaruhi besarnya tarif yang berlaku. misalnya NAFTA yang memungkinkan importir Amerika Serikat, Meksiko, dan kanada membayar tarif yang lebih rendah untuk barang-barang yang di produksi di ketiga negara tersebut.
• Perusahaan yang dimiliki sendiri
Suatu perusahaan mungkin saja membeli perusahaan di luar negeri dan menjadikannya perusahaan anak yang berdiri sendiri. Bila undang-undang suatu negara mengijinkan, maka perusahaan multinasional dapat juga mendirikan perusahaan anak atau kantor cabang di negara tersebut. Outsourcing pekerjaan teknis dan profesional menjadi isu yang sangat penting bagi perusahaan. Outsourcing adalah pembayaran oleh suatu perusahaan atas fungsi bisnis yang sebelumnya dilakukan oleh perusahaan tersebut. Dalam konsep perusahaan multinasional, outsourcing adalah memindahkan suatu fungsi bisnis ke suatu negara lain. Akuntan manajemen harus memperhatikan berbagai biaya dan manfaat dari outsourcing yang mungkin tidak tersedia dalam suatu negara. Berbagai struktur pajak dan insentif dari otoritas suatu negara, serta tingkat pendidikan dan infrastruktur memainkan peranan penting dalam penilaian dalam akuntan manajemen terhadap biaya dan manfaat.
• Joint Venture
Joint venture adalah jenis persekutuan dimana para investor menjadi bagian dari pemilikan perusahaan. Joint venture dilakukan untuk menggabungkan keahlian, menghadapi undang-undang yang berlaku, dan merangsang investasi demi meningkatkan produktivitas dalam negeri.

C. NILAI TUKAR MATA UANG ASING
Perubahan kurs mata uang asing dalam bisnis internasional yang terjadi setiap hari menambah ketidakpastian terhadap operasi perusahaan internasional. Akuntan manajemen berperan dalam pengelolaan eksposur terhadap risiko mata uang.
• Manajemen risiko mata uang (currency risk management) adalah pengelolaan perusahaan terhadap transaksi, ekonomi, dan translasi eksposurnya karena fluktuasi kurs tukar.
• Risiko transaksi (transaction risk) adalah kemungkinana bahwa transaksi kas di masa depan akan dipengaruhi oleh fluktuasi kurs tukar.
• Risiko translasi atau akuntansi (Translation or Accounting Risk) adalah tingkat di mana laporan keuangan perusahaan terpengaruh oleh fluktuasi kurs tukar.

1. Mengelola Risiko Transaksi
Perusahaan multinasional sekarang ini berurusan dengan banyak jenis mata uang. Mata uang tersebut dapat saling diperdagangkan, tergantung pada kurs tukar yang berlaku pada saat berlakunya perdagangan. Kurs spot (spot rate) adalah kurs tukar dari satu jenis mata uang terhadap mata uang lain untuk transaksi tunai (pada hari yang sama).
Macam-macam risiko transaksi :
a. Apresiasi dan Depresiasi Mata Uang
Ketika mata uang suatu negara menguat secara relatif terhadap mata uang negara lain, terjadilah apresiasi mata uang (currency appreciation) dan satu unit mata uang negara yang disebut pertama mampu membeli lebih banyak mata uang negara kedua.
Depresiasi mata uang adalah berarti mata uang negara melemah secara relatif dan membeli lebih sedikit unit mata uang negara lain.
b. Keuntungan dan Kerugian Kurs Tukar
Kerugian kurs tukar (exchange loss) adalah suatu kerugian kurs tukar dari mata uang terhadap mata uang lain yang disebabkan oleh depresiasi mata uang dalam negeri.
Keuntungan kurs tukar (exchange gain) adalah keuntungan dari suatu mata uang terhadap mata uang lain karena apresiasi mata uang dalam negeri.

c. Hedging
Hedging atau pembendungan adalah satu cara untuk mengatsi masalah resiko perubahan kurs tukar. Hedging bisa dilakukan dengan kontrak forward. Kontrak forward mengharuskan pembeli menyerahkan sejumlah tertentu mata uang dengan kurs tukar tertentu (kurs tukar forward) pada tanggal yang telah ditentukan di masa depan.

2. Mengelola Risiko Ekonomi
Risiko ekonomi adalah dampak fluktuasi kurs tukar terhadap nilai sekarang (present value) dari arus kas perusahaan di masa depan. Risiko demikian dapat mempengaruhi daya saing relatif perusahaan meskipun perusahaan tersebut tidak pernah berpartisipasi langsung dalam perdagangan internasional.
Akuntan mengelola eksposur perusahaan terhadap risiko ekonomi dengan memahami posisi perusahaan dalam ekonomi global. Akuntan menyediakan struktur dan komunikasi keuangan perusahaan. Hedging dengan kontrak forward juga bisa dilakukan untuk mengelola risiko ekonomi.

3. Mengelola Risiko Translasi
Perusahaan induk sering mencatat ulang semua pendapatan perusahaan anak dalam mata uang lokal. Pencatatan kembali ini dapat mengakibatkan keuntungan dan kerugian oportunitas atas revaluasi mata uang asing dan dapat mempengaruhi laporan keuangan perusahaan anak serta penghitungan yang berkaitan dengan ROI dan Laba Residu. Laporan internal dengan denominasi dolar diperlukan untuk mengukur semua angka dengan dasar yang sama. Namun strategi tersebut bisa menyesatkan para manajer jika pembanding dibuat terhadap waktu. Akuntan manajemen harus waspada terhadap sumber risiko translasi ini.

D. DESENTRALISASI
1. Keunggulan Desentralisasi MNC
Desentralisasi MNC dipilih karena berbagai keunggulan, yaitu :
• Manajer lokal mampu menghasilkan keputusan dengan mutu yang baik dengan pemanfaatan informasi lokal yang bermutu.
• Manajer lokal mampu memberikan tanggapan yang lebih tepat waktu untuk mengubah keadaan
• Melatih dan memotivasi manajer lokal untuk mengembangkan keterampilan manajerial
• Memberi kesempatan manajemen puncak untuk lebih memusatkan perhatian kepada masalah-masalah jangka panjang seperti perencanaan strategis.

2. Pendirian Divisi
Perusahaan multinasional memiliki fleksibilitas dalam pembentukan jenis-jenis divisi. Divisi dapat didirikan menurut dasar garis geografis, lini produk, dan lini manajemen fungsional. Adanya divisi di lebih dari satu negara menciptakan kebutuhan perangkat evaluasi kinerja yang mempertimbangkan berbagai perbedaan pada lingkungan divisi.

E. MENGUKUR KINERJA PADA PERUSAHAAN MULTINASIONAL
Pemisahan evaluasi manajer dari suatu divisi dari evaluasi divisi tersebut penting dilakukan. Evaluasi manajer sebaiknya tidak menyertakan faktor-faktor di luar kendali perusahaan seperti fluktuasi mata uang, pajak dan sebagainya, tetapi harus dievaluasi berdasarkan pendapatan dan biaya, dengan menyesuaikan mata uang perusahaan induk dan perusahaan anak.
Sulit membandingkan kinerja seorang divisi manajer di suatu negara dengan kinerja seorang manajer suatu divisi di negara lainnya karena terdapat perbedaan kondisi lingkungan. Namun yang benar-benar mempengaruhi adalah Laba dan ROI.
1. Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Evaluasi Kinerja :
a. Faktor faktor ekonomi
• Organisasi dari sistem bank sentral
• Stabilitas ekonomi
• Eksistensi pasar modal
• Pembatasan valuta
b. Faktor-faktor politik dan hukum
• Kualitas, efisiensi, dan keefektifan struktur perundang-undangan
• Pengaruh kebijakan pertahanan
• Dampak kebijakan luar negeri
• Tingkat kerusuhan politik
• Tingkat keterlibatan pemerintah dalam bisnis
c. Faktor-faktor pendidikan
• Tingkat melek huruf
• Cakupan dan jenjang pendidikan formal serta sistem pelatihan
• Cakupan dan jenjang pelatihan teknik
• Keluasan dan mutu program pengembangan manajemen
d. Faktor-faktor sosiologis
• Perilaku sosial terhadap industri dan bisnis
• Perilaku budaya terhadap otoritas dan orang-orang yang menjadi bawahan
• Perilaku budaya terhadap produktifitas dan keberhasilan (etika kerja)
• Perilaku sosial terhadap keuntungan material
• Keragaman budaya dan ras

2. Ukuran Kinerja Lainnya
Selain laba residu dan ROI (pengukuran jangka pendek), diperlukan ukuran kinerja tambahan yang erat kaitannya dengan kepentingan jangka panjang perusahaan. Ukuran tersebut misalnya pangsa pasar, keluhan pelanggan, rasio perputaran karyawan, dan pengembangan personal.

F. PENETAPAN HARGA TRANSFER DAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL
1. Evaluasi Kinerja
Divisi-divisi sering dievaluasi berdasarkan laba bersih dan pengembalian atas investasi. Namun, harga transfer seringkali diatur oleh perusahaan induk, sehingga penggunaan ukuran ROI dan laba bersih meragukan.
2. Pajak Penghasilan dan Penetapan Harga Transfer
Adanya tarif pajak yang berbeda antar suatu negara dengan negara lain menyebabkan perlunya pusat reinvoicing untuk memindahkan tagihan dari negara dengan pajak tinggi ke negara yang pajaknya rendah.
Pengaturan harga transfer sesuai dengan harga yang berlaku apabila transfer dilakukan pihak lain, yang disesuaikan dengan berbagai selisih yang menimbulkan dampak yang dapat diukur atas harga tersebut.
Ada beberapa metode penetapan harga yang mendekati harga pasar yaitu:
a) Metode harga tak terkendali yang dapat diperbandingkan (comparable uncontrolled price) yaitu pada dasarnya diakui sebesar harga pasar.
b) Metode harga jual kembali (resale price method) yaitu harga jual yang diterima penjual dikurangi markup yang wajar.
c) Metode biaya plus (cost-plus method) yaitu harga transfer berdasarkan biaya.
d) Metode penetapan harga di muka (Advance Prising Agreement= APA) adalah perjanjian mengenai metode penetapan harga yang diaplikasikan dalam suatu transaksi Internasional.

G. ETIKA DALAM LINGKUNGAN INTERNASIONAL
Perusahaan multinasional menghadapi masalah-masalah etika yang tidak dihadapi perusahaan domestik. Masing-masing negara mempunyai kebiasaan dan peraturan yang berbeda. Perusahaan multinasional harus menetapkan apakah kebiasaan tertentu benar-benar suatu cara berbisnis yang berbeda atau apakah merupakan pelanggaran atas kode etik berbisnisnya.

H. KALKULASI BIAYA VARIABEL DAN PELAPORAN SEGMEN
Pemisahan biaya tetap dan biaya variabel pada kalkulasi biaya variabel adalah penting bagi evaluasi yang akurat untuk menghasilkan keputusan yang saling terkait. Laporan kontribusi laba dari berbagai aktivitas atau unit-unit lainnya dalam suatu organisasi disebut pelaporan segmen (segmen reporting).
Para manajer perlu mengetahui profitabilitas berbagai segmen dalm suatu perusahaan agar mampu membuat berbagai evaluasi dan keputusan yang berhubungan dengan eksistensi berkelanjutan setiap segmen, tingkat pendanaan, dan seterusnya. Laporan segmen mampu menyediakan informasi yang berharga mengenai berbagai biaya yang dapat dikendalikan oleh manajer segmen.



BAB IV
KESIMPULAN


Menjalankan bisnis dalam lingkungan global mengharuskan akuntan manajemen untuk menyediakan keterampilan bisnis dan keuangan. Tugas utama akuntan manajemen adalah harus tetap mampu mengikuti perkembangan mutakhir berbagai bidang bisnis, mulai dari sistem informasi, pemasaran, manajemen, politik, dan ekonomi.
Perusahaan yang terlibat dalam bisnis internasional dapat membangun kegiatan mereka dalam tiga cara. Mereka dapat menjalankan kegiatan impor dan ekspor, membeli perusahaan anak yang dimiliki penuh, dan berpartisipasi dalam joint venture.
Akuntan manajemen harus memperhatikan potensi eksposur perusahaan mereka terhadap risiko transaksi, risiko ekonomi, dan risiko translasi. Mereka dapat melakukan hedging untuk membatasi eksposur perusahaan terhadap ketiga risiko tersebut.
Perusahaan multinasional memilih bentuk desentralisasi karena alasan-alasan yang hampir sama dengan alasan perusahaan nasional memilih desentralisasi. Dengan desentralisasi, manajer lokal mampu menghasilkan keputusan yang lebih baik melalui pemanfaatan informasi lokal. Manajer lokal juga mampu memberikan tanggapan yang lebih tepat waktu untuk mengubah keadaan. Alasan lainnya adalah untuk melatih dan memotivasi manajer lokal serta memberi kesempatan bagi manajemen puncak untuk lebih memusatkan perhatiaannya kepada masalah-masalah jangka panjang, seperti perencanaan strategis.
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi evaluasi kinerja pada perusahaan multinasional adalah faktor sosial, ekonomi, politik, hukum, dan budaya.
Ketika satu dari perusahaan memproduksi produk yang digunakan dalam proses produksi divisi lain, muncul harga transfer. Harga transfer merupakan pendapatan bagi divisi penjual dan biaya bagi divisi pembeli. Sama halnya dengan perusahaan domestik, perusahaan multinasional dapat menggunakan harga transfer dalam evaluasi kinerja. Perusahaan multinasional dengan perusahaan anak di negara dengan pajak tinggi dan negara dengan pajak rendah dapat memanfaatkan penetapan harga transfer untuk menggeser biaya ke negara berpajak tinggi (biaya akan memperkecil pembayaran pajak) dan menggeser pendapatan ke negara berpajak rendah.
Perusahaan multinasional menghadapi masalah-masalah etika yang tidak dihadapi perusahaan domestik. Masing-masing negara mempunyai kebiasaan dan peraturan yang berbeda. Perusahaan multinasional harus menetapkan apakah kebiasaan tertentu benar-benar suatu cara berbisnis yang berbeda atau apakah merupakan pelanggaran atas kode etik berbisnisnya.


BAB V
PENUTUP


Akuntan manajemen mempunyai peranan penting dalam menjalankan bisnis di lingkungan internasional. Bisnis membutuhkan akuntan manajemen untuk menangani masalah keuangan dan operasi bisnis sehari-hari. Namun, tugas akuntan manajemen pada perusahaan interansional lebih kompleks karena perubahan yang terus menerus terjadi pada bisnis global.
Karena tugas utama akuntan manajemen adalah menyediakan informasi yang relevan kepada pihak manajemen dan agar terap mampu mengikuti perkembangan, maka akuntan manajemen harus membaca berbagai buku dan artikel bisnis mengenai sistem informasi, pemasaran, manajemen, politik, dan ekonomi. Selain itu, akuntan manajemen harus akrab dengan peraturan akuntansi keuangan dari negara di mana perusahaan beroperasi


LAMPIRAN
CONTOH KASUS




DAFTAR PUSTAKA


Hansen, Don R., dan Maryanne M. Mowen. 1997. Akuntansi Manajemen Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.

TEORI DAN REALITA DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT INDONESIA

Krisis Global yang terjadi ahhir - akhir ini tidaklah lain merupakan suatu efek multiplier dari subprime mortgage yang gagal di Amerika Serikat dan menjadi sebuah alur yang dramatis akan sebuah perubahan dari iklim ekonomi dunia. Semua kejadian ekonomi yang luar biasa terjadi dalam sebuah rentetan krisis yang membuat semua pihak yang terlibat untuk kembali berfikir dan menelaah sisi fundamental ekonomi yang telah menjadi dasar kebijakan ekonomi selama ini. Dalam hal ini, krisis yang terjadi berawal dari sebuah krisis finansial pada akhirnya berbuntut pada semua aspek ekonomi bahkan sosial dan Indonesia pun tidak lepas dari rentetan efek krisis tersebut.
Teori klasik mendeskripsikan bahwa Pasar yang bebas, spesialisasi dengan tidak adanya campur tangan pemerintah (Libelarisasi) merupakan formula yang baik bagi peningkatan GNP dan NNP yang berasal dari semua sektor akan tetapi hal tersebut kenyataannya malah membuat pasar semakin liar dan tidak rasional. Di Indonesia sendiri, krisis tersebut membuat inflasi yang cukup terasa dan hal tersebut terjadi pula di semua negara selain Indonesia. Secara psikologis, keadaan seperti ini justru membuat ketidakpastian di semua kalangan ekonomi tentang apa yang akan terjadi di masa depan termasuk masyarakat dunia khususnya masyarakat Indonesia. Sentimen negatif yang terjadi di dalam sektor finansial Indonesia membawa dampak yang cukup berat akibat dari pengaruh anjloknya saham wall street tersebut. Hal itu disebabkan adanya kegagalan akuntabilitas dan kekhawatiran akan insolvency dalam pasar sehingga pasar memberikan sentimen negatif dan lebih memilih konservatif sehingga banyak terjadi pula transaksi yang bersifat tidak rasional, keadaan tersebut mempengaruhi pula terhadap sektor finansial diindonesia. Anjloknya saham membuat semua perusahaan yang tecantum di pasar modal kekurangan likuiditas modal karena sentimen pasar yang serentak menjual sahamnya dan terjadilah seperti yang disebutkan diatas yaitu tidak rasionalnya transaksi dalam pasar saham karena setiap broker menjadi saling ketergantungan satu sama lain. Jatuhnya harga saham membuat kesediaan modal semakin mahal selain itu, Bank Indonesia pun menaikan suku bunganya menjadi 9,75% dan membuat biaya produksi pun menjadi naik sehingga membuat sebagian biaya dan harga hasil produk yang meningkat dan hal tersebut memicu adanya inflasi dalam negeri yang membuat daya beli masyarakat berkurang karena harga mengalami yang kenaikan. Selain itu, perusahaan pun berusaha menutupi biaya yang terlalu mahal tersebut yaitu salah satunya dengan perampingan tenaga kerja dalam perusahaan sehingga jumlah pengangguran pun semakin meningkat dan fenomena tersebut mulai dirasakan efeknya pada sektor rill dan masyarakat langsung.
Pasar yang terlalu bebas seperti yang dikatakan oleh teori klasik membuat seorang ahli ekonomi asal inggris yang bernama John Maynard Keynes membuat asumsi dan teori baru bahwa sesungguhnya perekonomian itu perlu adanya suatu intervensi pemerintah guna adanya internal dan eksternal kontrol yang diciptakan melalui kebijakan pemerintah dan tidak menuntut adanya suatu spesialisasi. Di Indonesia sendiri, hal tersebut memang sudah diterapkan akan tetapi belum murni sepenuhnya berjalan karena tuntuntan globalisasi dan free trade yang mempengaruhi segala kebijakan pemerintah terutama dalam hal penanaman modal asing. Hal lain yang dari krisis tersebut adalah eksportir di Indonesia mulai merasakan dampaknya setelah beberapa waktu pasca krisis karena permintaan bahan baku oleh negara importir menurun drastis karena krisis yang melanda, terutama Amerika yang merupakan pengimpor bahan baku nomor 1 dari Indonesia sehingga memaksa eksportir dalam negeri harus banting setir ke negara lain yang masih potensial. Akan tetapi, ditengah krisis yang melanda di Indonesia nilai mata uang dollar Amerika malah semakin menguat karena sentimen pasar uang yang masih ragu melakukan transaksi karena spekulasi yang masih buram sehingga pasar lebih bersifat konservatif dan permintaan dollar pun semakin kuat terutama oleh pihak pemerintah dan perusahaan swasta yang memerlukan dollar untuk membayar utang luar negerinya. Kontan, nilai impor pun naik dan hal tersebut sekali lagi membuat daya beli masyarakat turun sehingga rentan akan inflasi.
Penyelesaian krisis tersebut membutuhkan suatu solusi bijak yang ter-integritas semua masyarakat dunia agar tidak adanya kebijakan yang dinilai baik untuk dalam negeri akan tetapi merugikan bagi pihak lain.

SUATU RINGKASAN MENGENAI PERIODISASI PEREKONOMIAN INDONESIA DALAM ERA ORDE BARU

Era Orde Baru dimulai setelah adanya pernyataan kemunduran presiden Soekarno dari tahta kepemimpinan yang di tandai pula dengan berakhirnya Era Orde Lama pada tahu 1965. Pada awal Era Orde Baru yang di motori oleh Soeharto sebagai presiden RI yang kedua tersebut mengambil langkah kebijakan awal yang cukup yang jauh berbeda dengan kebijakan Orde Lama yaitu meliputi tiga kebijakan diantaranya; Mengembalikan ekonomi pasar, Memperhatikan Sektor Ekonomi, dan Merangkul Barat. Kebijakan Politik Bebas Aktif telah mampu membawa bangsa ini ke kancah politik dunia baik ke Barat dengan tanpa meninggalkan Timur. Pada awal Orde Baru dilakukanlah suatu Rehabilitasi ekonomi sehingga pada waktu itu belum terasa adanya suatu pembangunan yang signifikan. Akan tetapi, sebuah program Pembangunan Lima Tahun telah di canangkan sebagai rencana pembangunan lima tahunan dalam stabilisasi ekonomi bangsa. Dari kebijakan itulah defisit anggaran bisa teratasi dan Indonesia pun mulai menjalin kerjasama dengan IMF dan Bank Dunia lagi. Dalam suatu kebijakan lainnya yaitu kebijakan uang ketat, liberalisasi perdagangan dan investasi, munculnya UU PMA, dan lainnya.
Pada langkah awal pembangunannya, Soeharto lebih berorientasikan disektor pertanian hingga tahun 1970-an dengan tidak meninggalkan sektor pertambangan dan minyak. Hingga akhirnya, pendapatan Negara meningkat US$0,6 milyar pada tahun 1973 menjadi US$10,6 milyar pada tahun 1980. Bahkan pada waktu itu, bangsa Indonesia telah mencapai Swasembada pangan. Penerimaan negara yang tinggi diimbangi pula dengan peredaran uang yang tinggi sehingga terjadi inflasi yang tinggi karena sektor moneter tak mampu menyerap setiap peningkatan likuiditas. Oleh karena itu, pemerintah mempercepat pertubumhan industri. Kebijakan utang ketat pun dijalankan sebelumnya oleh karena itu pada waktu harga minyak dunia turun, kebijakan itu terasa membantu.
Pada tahun-tahun berikutnya, para konglmerat mulai menguasai sektor ekonomi sehinggan GNP pada waktu itu hanya berputar di kalangan konlomerat saja. Suatu kesenjangan sosial mulai nampak dikalangan masyarakat hingga tahun 90-an.
Pada akhir Orde Baru, yang ditandai dengan maraknya konglomerasi sektor ekonomi, praktek KKN dimana – mana, lilitan utang luar negeri yang menggunung, dan masalah politik lainnya menyebabkan keadaan perekonomian dan sosial Bangsa Indonesia mengalami suatu krisis multidimensi, tak jarang penjarahan dan kerusuhan diberbagai pelosok Indonesia terjadi. Inflasi pun meingkat ke level Hyper inflation sehingga Rupiah pada waktu itu turun drastis dari nilai Dollar. Puncak dari krisis sekitar pun terjadi, sehingga banyak aksi Mahasiswa dan Ormas Berunjuk rasa menuntut Reformasi dan akhirnya pada bulan Mei 1998 Soeharto mengundurkan diri dari tampuk kepemimpinannya dengan meninggalkan suatu jejak krisis di segala bidang dan keadaan perekonomian yang carut-marut dalam cengkraman IMF.

SUATU RINGKASAN MENGENAI PERIODISASI PEREKONOMIAN INDONESIA DALAM ERA KOLONIAL

Perekonomian Indonesian pada Era Kolonial lebih berorientasikan kepada Pertanian terutama dalam hal pengolahan rempah – rempah dan industri perkebunan. Pada mulanya, bangsa Indonesia memang terkenal akan hasil bumi nya. Akan tetapi, kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia membuat hasil bumi bangsa Indonesia lebih terkenal di dunia. Pada masa pendudukan Belanda dengan kongsi dagangnya yang disebut VOC yang dibentuk pada tahun 1602, hasil bumi indonesia pun di monopoli olehnya, dengan hak istimewa yang mereka miliki, mereka mampu menguasai pangsa produksi Hasil bumi dengan mudah. Akan tetapi, masa emas VOC berakhir dengan kehancuran, banyak terjadi korupsi, nepotisme, dan hilangnya hak – hak istimewa yang mereka miliki dalam memonopoli perdagangan sehingga VOC terpaksa dibubarkan dan tanah jajahan diserahkan kepada kerajaan.
Setelah masa kekuasaan VOC berakhir, dijalankanlah sistem perekonomian yang baru dibawah pemerintahan kerajaan inggris yaitu dengan sistem pajak tanah, dari sanalah rakyat indonesia mulai mengenal uang secara rill sebagai alat tukar. Akan tetapi, masa pemerintahan Inggris pun berakhir dan pemerintah hindia belanda pun kembali menduduki. Sistem pajak tanah yang pernah di terapkan pemerintahan Inggris pun di ganti oleh sistem tanam paksa yang diterapkan guna menutupi kekosongan kas negara. Dari tanam paksa itulah, Belanda menjadi produsen penting di pasar dunia. Akan tetapi, sistem tanam paksa banyak menuai kontroversi dikalangan tokoh belanda hingga berakhir lah sistem tanam paksa pada tahun 1870.
Pada masa setelah tanam paksa ditiadakan, sistem perekonomian pun kembali di rombak yaitu dengan sistem kapitalisme karena adanaya suatu desakan dari kaum liberal. Sistem kapitalisme membuat perkebunan pemerintah di swastanisasi yang kemudian dijadikan ajang investasi bagi para investor asing. Para pribumi lebih banyak menjadi pekerja perkebunan dan dari sanalah perekonomian mulai tumbuh sehingga tercermin pula dari banyak warga pribumi yang naik haji. Selain itu, pada masa tersebut, produksi perkebunan pribumi di pasar dunia menjadi komoditas berkualitas baik terutama gula dan tembakau Deli. Gula yang produksinya 3 juta ton/tahun menjadi sebuah primadona dan sedang mencapai jaman keemasannya sehingga mencapai peringkat kedua pengekspor gula dunia . Tembakau Deli yang menjadi tembakau terbaik di pasar lelang jerman tak kalah unggulnya dengan gula. Industri yang menopang kebutuhan hidup pun banyak bermunculan. Akan tetapi warga pribumi hanya menikmati 0.54% dari pendapatan nasional dan sisanya dinikmati Belanda dan warga pendatang lainnya.
Pada masa itu, pemerintahan Hindia-Belanda melakukan suatu Politik Etis kepada pribumi yang diantaranya Irigasi, Edukasi ,dan Transmigasi sehingga pada masa itu berbagai kegiatan penyuluhan pertanian, kesehatan dan kegiatan lainnya. Bank Perkreditan pun banyak bermunculan untuk keperluan permodalan rakyat.. Akan tetapi, semua itu hanya digunakan untuk menunjang politik pendudukan mereka di Indonesia sehingga politik etis yang mereka canangkan bagi warga pribumi akhirnya bermuara pada kepentingan Belanda juga.

SUATU RINGKASAN MENGENAI PERIODISASI PEREKONOMIAN INDONESIA

Sejarah mengenai perkembangan perekonomian merupakan suatu gambaran realitas kehidupan ekonomi bangsa Indonesia yang tercermin dari masa ke masa dan terus mengalami perubahan. Pergerakan Perekonomian Indonesia mulai awal berkembang pesat pada Era Kolonial, pada masa itu pendudukan belanda telah membuat bangsa indonesia mengenal berbagai sistem perekonomian kolonial yang mereka terapkan dalam peng-eksploitasian kekayaan Indonesia walaupun pada masa Indonesia dalam keadaan yang tertindas. Berbagai jenis komoditas Indonesia telah dikenal bahkan merajai ekspor dunia, akan tetapi tetap saja Rakyat Indonesia hanya mendapatkan bagian kecil dari hasil bumi tersebut. Pada Era pendudukan jepang, perekonomian bangsa Indonesia mengalami perubahan yang amat drastis dan segala perekonomian mengalami carut-marut karena kebijakan militer jepang.
Setelah indonesia merdeka, mulailah suatu Era Orde lama, semua perusahaan asing mulai di Nasionalisasikan dan segala kebijakan pemerintah mulai diterapkan, mulai dari Gerakan benteng sampai Ali-Baba di terapkan, akan tetapi belum mampu membangkitkan sektor ekonomi bangsa pada waktu itu bahkan indonesia yang terkenal dengan komoditas peringkat dunia mulai merosot tajam. Pada masa pergantian Era Orde Lama ke Orde Baru yaitu setelah Soeharto diangkat menjadi Presiden mulailah dilaksanakan suatu kebijakan baru yang jauh berbeda dengan kebijakan Orde Lama yang lebih condong ke negara timur menjadi berpaling ke negara Barat bahkan IMF sehingga pada masa itu Indonesia telah mampu berhutang dan mengalami suatu defisit anggaran negara. Segala kebijakan pembangunan dan kebijakan Luar Negrei Bebas Aktif diterapkan diantaranya; PELITA, munculnya UU PMA, dan lain-lain. Pada Era tersebut, terjadilah pertumbuhan ekonomi yang sangat signifikan kearah positif yaitu ditandai dengan naiknya produksi Migas, akan tetapi inflasi masih saja terjadi dan menurunnya daya saing industri NonMigas dan buruknya pada masa itu perekonomian Indonesia didominasi oleh konglomerasi sehingga terjadi kesenjangan sosial. Pada akhir Era Orde Baru merupakan klimaks dari sejarah krisis perekonomian Indonesia yang merupakan suatu krisis multidimensi, sebagian Bank dilikuidasi, inflasi berada dalam tingkat hyper inflation sehingga nilai tukar rupiah terhadap Dollar menurun drastis. Pada masa itulah suatu akhir dari Era Orde Baru dan mulailah memasuki Era Reformasi.
Pada awal Era Reformasi, perekonomian Indonesia mengalami suatu dilematis dalam pemecahan krisis tersebut, kebijakan Orde Baru semua di rombak habis sehingga dampak positifnya bentuk ekonomi sektor rill UKM dan Koperasi mulai kembali bergairah walaupun pada awalnya, masalah perolehan dana untuk usaha agak sulit di dapatkan. Pengetatan lembaga Perbankan mulai deterapkan sehingga tidak heran kalau pada masa itu banyak bermunculan Lembaga Finasial Non Bank. Akan tetapi tidak dapat kita pungkiri jika dampak krisis multidimensi masih terasa sampai sekarang dan terus memerlukan suatu pemecahan yang bijak.

ANALISIS KONSTRIBUSI PDB ANTARSEKTOR SERTA ANALISIS TAKE-OFF PERIODE 1969 - 1983

1.ANALISIS PERHITUNGAN PERTUMBUHAN EKONOMI PER TAHUN
TABEL I
PRODUK DOMESTIK BRUTO, 1969 – 1983
(dalam milyaran Rupiah, atas dasar harga konstan tahun 1973)

1970 = >5.182 – 4.820,5/4.820,5 x 100%= 7,49% 1977=>8.882 - 8.156,3/8.156,3 x 100%=8,16%
1971=>5.544,7 – 5.182/5.182 x 100%=6,99% 1978=>9.556,5 - 8.882/8.882 x 100%=8,44%
1972=>6.067,2 - 5.544,7/5.544,7 x 100%=9,42% 1979=>10.164,9 - 9.556,5/9.556,5x 100%=6,25%
1973=>6.753,4 -6.067,2 / 6.067,2 x 100%=11,31% 1980=>11.169,2 - 10.164,9/10.164,9 x 100%=9,88%
1974=>7.269,0 - 6.753,4/6.753,4 x 100%=7,63% 1981=>12.054,6 - 11.169,2/11.169,2 x 100%=7,92%
1975=>7.630,8 -7.269,0 / 7.269,0 x 100%=4,97% 1982=>12.325,4 - 12.054,6/12.054,6 x 100%=2,25%
1976=>8.156,3 - 7.630,8/7.630,8 x 100%=6,88% 1983=>12.843,2 - 12.325,4/12.325,4 x 100%=4,19%
Pada awal tahun 1971, perekonomian maju di sektor migas sampai dengan tahun 1980 yaitu sekitar US$0,6 miliar pada tahun 1973 disektor migas dan meningkat hingga tahun 1980 menjadi US$10,6 miliar karena ada penggenjotan di sektor tersebut dan mulai melirik sektor pertanian pula yang kemudian tercapailah suatu swasembada pangan . Akan tetapi, pada tahun 1980 tersebut terjadi inflasi karena defisit berimbang yang tidak diikuti unsur likuiditas dan uang yang terlalu banyak beredar dan memaksa untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi hingga tahun data tahun 1983 pemerintah memulai langkah baru dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi yaitu dengan menitikberatkan pembangunan industri yang sayangnya industri yang dibangun ialah industri yang prematur dan bersifat mercusuar bukannya industri yang berorientasi pada spesialisasi persaingan global yang membentuk ketahanan bangsa yang mampu membawa bangsa indonesia dalam posisi take-off. Hal ini semakin berakibat buruk setelah timbulnya konglomerasi yang mengakibatkan tidak likuidnya sektor moneter bangsa pada era setelah 1983 sampai dengan 1997. Naiknya jumlah investasi swasta terutama konglomerasi yang melebihi tabungan swasta disinyalir sebagai salah satu indikator likuiditas yang rentan solvency karena jumlah nya yang melebihi LDM sampai dengan 100% ditambah lagi dengan kurangnya likuiditas sektor perbankan pada waktu itu yang perputaran dananya terlalu cepat dalam kegiatan perkreditan sehingga dana cadangan nya mengalami kekurangan untuk melakukan operasinya terutama terhadap nasabahnya yang menyimpan uangnya dalam Bank kurang dijamin bahkan gagal secara likuiditas penjaminan dana bagi nasabahnya.



2. PERHITUNGAN STRUKTUR EKONOMI DILIHAT DARI KONSTRIBUSI PDB TIAP SEKTOR


TABEL II
Lapangan usaha
1970 1983

pertanian, kehutanan & perikanan
46,95364 29,94502
pertanbangan & penggalian 9,368323 7,448101
industri pengolahan 8,270926 15,12591
listrik, gas & air minum 0,406597 0,878354
Bangunan 2,375272 6,264503
pengangkutan & komunikasi 3,273519 5,859588
perdagangan, lembaga keuangan & jasa lainnya 29,35173 34,47852
Jumlah
100 100







LAPANGAN USAHA 1969 1983
Pertanian,kehutanan, &perikanan 2.263,4/4.820 x 100%=46,95% 3.845,6/12.842 x 100%=29,95%
Pertambangan & penggalian 451,6/4.820 x 100%=9,37% 956,5/12.842 x 100%=7,45%
Indstri Pengolahan 398,7/4.820 x 100%=8,27% 1.942,5/12.842 x 100%=15,13%
Lisrik, gas & air minum 19,6/4.820 x 100%=0,41% 112,8/12.842 x 100%=0,88%
Bangunan 114,5/4.820 x 100%=2,36% 804,5/12.842 x 100%=6,26%
Pengangkutan & Komunikasi 157,8/4.820 x 100%=3,27% 752,5/12.842 x 100%=5,86%
Perdagangan, lembaga keuangan
& jasa lainnya 1.414,9/4.820 x 100%=29,35% 4.427,8/12.842 x 100%=34,48%

Perubahan struktur ekonomi terlihat signifikan, yaitu terjadi penurunan konstribusi di bidang pertanian, kehutanan dan perikanan, pertambangan sedangkan dibidang lainnya mengalami kenaikan, hal ini seperti apa yang di asumsikan oleh Collin Clarck yaitu adanya suatu penurunan sektor primer dari tahun ke tahun, dan meningkatnya sektor sekunder dan tersier. Hal ini bisa terjadi karena adanya pendapatan perkapita penduduk dari tahun ke tahun, yang dimana setiap kenaikan pendapatan penduduk selalu diiringi kenaikan konsumsi tersier dan sekunder, sehingga dapat pula meningkatkan pendapatan pemerintah di bidang pajak dan itu merupakan suatu hal yang secara rill dan logis. Adanya suatu perkembangan Industri dan jasa non tambang dan tani yang semakin beragam dan berorientasi pasar mungkin bisa pula sebagai stimulus dari setiap konstribusi tiap sektor. Selain itu, perecepatan pertumbuhan ekonomi mulai digalakan terutama di sektor industri karena ada pukulan defisit berimbang pada tahun 1980 yang memaksa adanya percepatan pertumbuhan ekonomi Via industrialisasi.

KURVA KONSTRIBUSI PDB PER SEKTOR


Jika dilihat dari konstribusi masing- masing sektor terhadap PDB, bisa dilihat adanya suatu penurunan pada sektor 1 dan 2 dibanding yang lainnya, bisa dibilang inilah gambaran bahwa bangsa Indonesia dalam periode tahun bersangkutan sudah ada kecenderungan untuk menuju tahap take-off (asumsi Clark) jika dilihat dari PDB berikut konstribusi tiap sektornya walaupun tahun selanjutnya kenyataan itu berubah hingga berbuah krisis berkepanjangan di kuarter ke-2 tahun 1997 dan berdampak multidimensi di tahun-tahun berikutnya.

artikel krisis global 2008

Rabu, 15/10/2008 19:01 WIB
Dampak Krisis Global, dari Wall Street ke Mangga Dua
Wahyu Daniel - detikFinance


Foto: Reuters

Jakarta - Krisis keuangan di AS yang berimbas pada ketatnya likuiditas di pasar akan membuat perusahaan di Indonesia sulit untuk melakukan ekspansi usahanya.

Ini dikarenakan sulitnya mencari pendanaan baik melalui IPO atau menjual obligasi lewat pasar, bahkan kredit perbankan pun saat ini suku bunganya sudah cukup tinggi.

Hal tersebut disampaikan Ketua Forum Stabilisasi Sektor Keuangan Raden Pardede dalam seminar "Krisis Keuangan di AS: Dampaknya Bagi Ekonomi Dunia, Bisnis dan Indonesia" di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (15/10/2008).

Dengan krisis yang terjadi likuiditas ketat, apalagi rencana bailout US$ 700 miliar oleh pemerintah AS akan membuat dana-dana di emerging market beralih kepada treasury bills, ini menyebabkan pasar saham Indonesia drop dan harga obligasi pemerintah naik.

"Akhirnya perusahaan-perusahaan kita akan sulit menerbitkan bond atau melakukan IPO karena tidak ada likuiditas, jadi forget about bond dan IPO pada saat ini," tuturnya.

Raden mengatakan krisis sektor keuangan di AS lambat laun memang akan terasa imbasnya kepada sektor riil terutama terhambatnya ekspansi usaha perusahaan karena likuiditas yang ketat.

Bahkan Raden memberikan judul pada makalahnya mengenai gejala tersebut yaitu "From Wall Street to Mango Two (Mangga Dua)" yang menggambarkan bagaimana krisis ini akan berpengaruh terhadap sektor riil.

"Memang sangat ironis, di saat krisis muncul di AS justru banyak dana saat ini bahkan dari emerging market yang beralih kepada treasury bills yang mengakibatkan treasury bills naik dan cost of fund kita naik. Apalagi karena hancurnya kredit akibat subprime mortgage memunculkan ketidakpercayaan bank untuk mengucurkan kredit. Hal ini menyebabkan investor beralih kepada money market dan treasury bills," paparnya.

Semua hal ini dikatakan Raden membuat yield (imbal hasil) SUN pemerintah naik drastis di pasar, dan tentu saja perusahaan tidak bisa mencari dana lewat obligasi karena pasti harganya mahal.

"Namun dengan berbagai kebijakan pelonggaran likuiditas yang dikeluarkan oleh pemerintah dan BI diharapkan bisa memecahkan masalah yang terjadi, tapi bukan berarti masalah selesai, saya bukan menakut-nakuti. Oleh karena itu fiskal harus siap melakukan counter cyclical," katanya.(dnl/ddn)
ekonomi
Ketua MPR:
Hadapi Krisis, Belajar pada Timur Tengah
Sabtu, 18 Oktober 2008 - 15:17 wib
Rus Akbar - Okezone


PADANG - Pemerintah disarankan belajar pada negara-negara di Timur Tengah dalam menghadapi krisis keuangan yang terjadi saat ini.

Saran itu dicetuskan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Hidayat Nurwahid, usai silaturahmi dengan kader Partai Keadilan Sejatera di Gedung Bagindo Aziz Chan, Padang, Sumatra Barat, Sabtu ((18/10/2008).

Kata Hidayat, di tengah krisis yang melanda berbagai negara di belahan dunia, negeri-negeri di Timur Tengah malah mendapatkan keuntungan berlipat.

"Ada salah satu cara, yaitu belajar pada Timur Tengah yang tidak terkena dampak krisis ekonomi Amerika, dengan sistem ekonominya berbasis syariah," cetus Hidayat yang merupakan doktor lulusan Madinah, Arab Saudi.

"Kita perlu menjalin komunikasi mengenai bagaimana sistem ekonomi syariah yang mereka terapkan, sehingga kita bisa juga mendapatkan investasi yang lebih besar," paparnya.

Pemerintah juga disarankan menjalin komunikasi dengan Eropa, karena saat ini negara-negara di belahan dunia itu tengah berupaya meninggalkan sistem ekonomi yang lama dan beralih pada sistem ekonomi yang baru.

Untuk diketahui, dalam pertemuan di Brussel, Belgia, Rabu 15 Oktober lalu, para pemimpin Eropa mencetuskan sistem ekonomi baru pengganti sistem Bretton Woods yang dibuat pada masa Perang Dunia II. Sistem Bretton Woods merupakan cikal bakal kelahiran Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia.

"Dengan momentum ini, negara kita memanfaatkan kesempatan untuk membuat sistem ekonomi yang baru yang tak kalah bagusnya dengan ekonomi AS yang hegemonik dan arogan, yang berdampak pada krisis ekonomi dunia yang besar," papar alumni Pondok Modern Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, ini.

Pria kelahiran Klaten, Jawa Tengah, ini berharap Indonesia tidak menjadi korban yang parah dari krisis yang terjadi saat ini. Pemerintah diminta mengambil langkah-langkah operasional untuk meyakinkan publik, bahwa kita memiliki sistem ekonomi yang kuat. (jri)


Tanggapan :
Krisis global yang melanda seluruh dunia sekarang ini yang disebabkan oleh adanya Subprime Mortgage crissis di Amerika memang telah banyak memengaruhi perekonomian dunia termasuk Indonesia. Seperti yang tertulis dalam artikel pertama, krisis memang telah banyak menyebabkan sektor moneter dan masalah pengetatan likuiditas perkreditan Indonesia menjadi terasa berat. Memang kita harus waspada akan dampak yang mungkin lebih buruk lagi karena masalah tersebut, akan tetapi jangan terlalu mengambil spekulasi seakan-akan langit akan runtuh yang membuat kegelisahan masyarakat semakin bertambah akan ketidak-pastian yang terjadi sehingga masyarakat akan benar-benar beralih kedalam treassury bills & market money yang akibatnya masyarakat menjadi lebih konservatif dan menimbulkan rasa tidak percaya terhadap terhadap pasar modal seperti yang Raden Pardede katakan kepada Publik. Apa yang telah menjadi kebijakan pemerintah tentang pengetatan kredit memang terasa berat dan semakin memahalkan cost of fund bagi pengusaha dan menurut pardede hal tersebut bisa membuat kehancuran sektor rill pula. Akan tetapi, sektor rill perekonomian di Indonesia yang dikuasai UKM sebesar 59% tidaklah akan cepat terkena dampaknya oleh karena sektor UKM lebih mempunyai daya tahan kuat daripada perusahaan besar yang sudah Go Publik dan itu sudah terbukti di dalam krisis moneter 1998 lalu yaitu dimana UKM & Koperasi mampu bertahan dan berkembang pesat 99,9% ditengah krisis. Oleh karena itu, kekhawatiran tersebut bukanlah suatu spekulasi yang kuat dan tidak perlu dijadikan suatu alasan ketakutan akan apa yang terjadi besok akan tetapi jadikanlah hal tersebut sebagai suatu stimulus bagi semua kepentingan untuk mencari solusinya bukan untuk menjadi lebih protektif konservatif terhadap probabilitas ketidak-pastian di masa yang akan datang. Naiknya BI Rate sebesar 25 basis poin tidaklah semata-mata untuk memberatkan kreditor akan tetapi lebih di maksudkan untuk memperbaiki sektor moneter dan rill kita yang sudah terlanjur carut-marut di landa krisis.
Sistem perekonomian Indonesia seperti apa yang di kemukakan oleh Hidaya Nurwahid pada artikel kedua memang suatu solusi yang patut kita jadikan bahan pertimbangan akan tetapi alangkah baiknya tidak kita hanya merombak sistemnya saja akan tetapi mekanisme dari perekonomiannya juga harus kita telaah lebih dalam. Apabila kita lihat dari potensi alam agraris kita yang subur & kaya akan hasil SDA terutama pertanian & perkebunanan, mestinya kita sadar bahwa itulah keunggulan kita dalam perekonomian kita. Sejarah telah membuktikan bahwa dari sektor agraris itulah kita pernah mencapai kemakmuran bangsa, dan apabila kita lihat bahwa krisis pangan dan raw material dunia yang sekarang melanda merupakan prospek cerah bagi Indonesia untuk memenuhi demand dari masalah diatas. Tentu negara Arab punya keunggulan SDA (minyak) yang berbeda dengan Indonesia(Pertanian&perkebunan), apabila dibandingkan, Indonesia bisa lebih unggul karena mempunyai SDA primer yang dapat diperbaharui. Ini bukanlah suatu konsep, akan tetapi merupakan suatu solusi bangsa dan jatidirinya bahwa negara ini adalah negara agraris yang kaya akan potensinya. Kalau kita terus fokus dalam industri manufaktur otomotif, elektronik, mekanisme pasar,dll misalnya jelas kita akan kalah dalam hal nama maupun teknologinya dengan bangsa lain. oleh karena itu, yang kita perlukan ialah spesialisasi dalam gerakan hijau. Kita patut belajar dari bangsa Arab, akan tetapi kita juga patut belajar dari bangsa Vietnam, Kamboja, Selandia Baru, dan negara Agraris lainnya yang mampu mengenal jatidiri bangsa mereka dan mampu mengelolanya menjadi suatu potensi prospektif yang berbasis agraris.

analisa pertumbuhan ekonomi

1. PERHITUNGAN PERTUMBUHAN EKONOMI PER TAHUN
1970 = >5.182 – 4.820,5/4.820,5 x 100%= 7,49% 1977=>8.882 - 8.156,3/8.156,3 x 100%=8,16%
1971=>5.544,7 – 5.182/5.182 x 100%=6,99% 1978=>9.556,5 - 8.882/8.882 x 100%=8,44%
1972=>6.067,2 - 5.544,7/5.544,7 x 100%=9,42% 1979=>10.164,9 - 9.556,5/9.556,5x 100%=6,25%
1973=>6.753,4 -6.067,2 / 6.067,2 x 100%=11,31% 1980=>11.169,2 - 10.164,9/10.164,9 x 100%=9,88%
1974=>7.269,0 - 6.753,4/6.753,4 x 100%=7,63% 1981=>12.054,6 - 11.169,2/11.169,2 x 100%=7,92%
1975=>7.630,8 -7.269,0 / 7.269,0 x 100%=4,97% 1982=>12.325,4 - 12.054,6/12.054,6 x 100%=2,25%
1976=>8.156,3 - 7.630,8/7.630,8 x 100%=6,88% 1983=>12.843,2 - 12.325,4/12.325,4 x 100%=4,19%
Pada awal tahun 1971, perekonomian maju di sektor migas sampai dengan tahun 1980. Akan tetapi, pada tahun 1980 tersebut terjadi inflasi karena defisit berimbang yang tidak diikuti unsur likuiditas dan uang yang terlalu banyak beredar dan memaksa untuk mempercepat pertimbuhan ekonomi hingga tahun data tahun 1983.

2. PERHITUNGAN STRUKTUR EKONOMI
LAPANGAN USAHA 1969 1983
Pertanian,kehutanan, &perikanan 2.263,4/4.820 x 100%=46,95% 3.845,6/12.842 x 100%=29,95%
Pertambangan & penggalian 451,6/4.820 x 100%=9,37% 956,5/12.842 x 100%=7,45%
Indstri Pengolahan 398,7/4.820 x 100%=8,27% 1.942,5/12.842 x 100%=15,13%
Lisrik, gas & air minum 19,6/4.820 x 100%=0,41% 112,8/12.842 x 100%=0,88%
Bangunan 114,5/4.820 x 100%=2,36% 804,5/12.842 x 100%=6,26%
Pengangkutan & Komunikasi 157,8/4.820 x 100%=3,27% 752,5/12.842 x 100%=5,86%
Perdagangan, lembaga keuangan
& jasa lainnya 1.414,9/4.820 x 100%=29,35% 4.427,8/12.842 x 100%=34,48%

Perubahan struktur ekonomi terlihat signifikan, yaitu terjadi penurunan konstribusi di bidang pertanian, kehutanan dan perikanan, pertambangan sedangkan dibidang lainnya mengalami kenaikan, hal ini seperti apa yang di asumsikan oleh Collin Clarck yaitu adanya suatu penurunan sektor primer dari tahun ke tahun, dan meningkatnya sektor sekunder dan tersier. Hal ini bisa terjadi karena adanya pendapatan perkapita penduduk dari tahun ke tahun, yang dimana setiap kenaikan pendapatan penduduk selalu diiringi kenaikan konsumsi tersier dan sekunder, sehingga dapat pula meningkatkan pendapatan pemerintah di bidang pajak dan itu merupakan suatu hal yang secara rill dan logis. Adanya suatu perkembangan Industri dan jasa non tambang dan tani yang semakin beragam dan berorientasi pasar mungkin bisa pula sebagai stimulus dari setiap konstribusi tiap sektor.

Syarat Perencanaan Yang Baik

a. Rencana harus mempermudah pencapaian tujuan organisasi
Perlu kita ketahui bahwa rencana yang kita susun agar dengan maksud guna mempermudah realisasi pencapaian tujuan dasar organisasi yang sudah dari awal mempunyai visi dan misi bersama yang sudah pasti dan terperinci pelaksanaannya dengan tidak mempersulit tujuan awal dan dasar organisasi.

b. Rencana harus dibuat oleh orang-orang yang benar-benar memahami tujuan organisasi
Dalam pencanangan dan penyusunan rencana tidak boleh dilakukan oleh pihak ekstern dari luar organisasi tersebut karena pihak ekstern tidak seluruhnya mengerti dan memahami tujuan awal, visi, dan misi serta mengenal karakteristik tiap anggota organisasi. Akan tetapi, pihak ekstern dapat kita jadikan sebagai pemrasan dalam penyusunan dengan berbagai pengalaman yang mereka miliki walaupun demikian para anggota lah yang harus benar-benar membuat dan mengambil keputusan karena dianggap lebih tahu seluk beluk dan karakteristik organisasi sehingga tahu planing apa yang tepat untuk organisasinya.



c. Rencana harus dibuat oleh orang-orang yang benar-benar mendalami teknik perencanaan
Rencana yang baik akan terwujud apabila rencana tersebut dibuat dan disusun oleh orang-orang yang benar-benar tahu dan mendalami daripada teknik pembuatan rencana tersebut karena secara ilmu yang mereka miliki tentu akan menunjang keberhasilan terealisasinya rencana tersebut dan apabila ada kesalahan itu pun hanya kecil kemungkinan dan akan segera teratasi cepat.

d. Rencana harus diteliti secara merinci
Ketelitian dalam penyusunan rencana sangat diperlukan, karena ini menyangkut berhasil tidaknya suatu rencana dalam perealisasiannya. Langkah pertimbangan sebelum perealisasian sangat penting untuk merinci dan menentukan apa saja yang benar-benar diperlukan baik dalam hal perencanaannyanya maupun perealisasiannya.

e. Rencana tidak boleh lepas dari pemikiran pelaksanaan
Rencana yang dibuat harus benar-benar konsisten terhadap tujuan dan tidak lepas dari pemikiran pelaksanaan agar tidak terjadinya penyimpangan dari tujuan awal dan mempercepat proses perealisasian dengan secara efektif dan efisien.


Langkah-Langkah Dalam perencanaan

a. Menyadari adanya peluang
Suatu rencana akan dikatakan berhasil apabila rencana tersebut mampu membaca peluang dan menjawab peluang tersebut dengan jitu. Akan tetapi, hal tersebut tidaklah cukup tanpa didukung oleh keberanian, semangat dan materi yang kita miliki.


b. Menentukan sasaran
Agar rencana yang kita susun dalam perealisasiannya dapat berjalan efektif dan efisien, maka kita harus menentukan point – point dan sasaran yang tepat dan disusun sedemikuan rupa menurut skala prioritas mana yang menunjang keberhasilan suatu rencana dan mana yang tidak.

c. Menentukan anggapan-anggapan (asumsi)
Menentukan anggapan – anggapan atau asumsi dilakukan untuk menghimpun data – data dari berbagai sumber untuk memutuskan apa yang harus dilakukan dan sebagai masukan dalam penentuan arah tindakan.

d. Menentukan arah tindakan
Dalam langkah penyusunan rencana, kita harus tahu bagaimana cara penentuan arah tindakan dari berbagai point yang telah kita susun tersebut secara tepat dengan tidak lepas dari asumsi – asumsi dan apa saja yang harus kita lakukan dari tiap point tersebut, agar dalam perealisasiannya kita tahu apa yang mesti kita perbuat dan hal tersebut dapat mempermudah cara pengerjaannya.

e. Mengevaluasi arah tindakan alternative
Setelah menentukan arah tindakan apa yang harus kita lakukan, kita evaluasi lagi apa saja yang sudah dapat dari point – point diatas dan lebih dipikirkan kembali untuk kedepannya sebagai alternative positif, sebagai masukan maupun pegangan dalam pelaksanaannya.

f. Memilih satu tindakan (mengambil keputusan)
Setelah kita dapatkan point – point dari berbagai pemikiran, asumsi, dan berbagai alternative pemikiran lainnya, selanjutnya diadakan suatu pengambilan keputusan dan alangkah baiknya dalam hal pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah dengan partner maupun anggota yang lain. Langkah pengambilan keputusan dilakukan untuk benar - benar memilih satu tindakan yang dianggap tepat dalam perencanaan, oleh karena itu, diperlukan suatu musyawarah agar keputusan yang diambil ialah benar – benar yang terbaik dan merupakan hasil pemikiran bersama.


g. Merumuskan rencana turunan
Apabila keputusan telah diambil, langkah selanjutnya ialah merumuskan rencana turunan yang dilakukan sebagai alternative kedua dalam perencanaan apabila rencana pertama mengalami masalah dalam pelaksanaannya.

h. Mengurutkan rencana berdasarkan anggaran (skala prioritas)
Langkah terakhir dalam penyusunan rencana ialah mengurutkan rencana berdasarkan anggaran atau skala prioritas agar kita tahu apa saja langkah pertama yang harus kita lakukan agar mudah dalam hal pelaksanaannya dan tidak terjadi bentrok antara rencana satu dengan yang lainnya.

STUDI USAHA KECIL DAN MENENGAH KONVEKSI INDRAPURA DI PURWOKERTO

STUDI USAHA KECIL DAN MENENGAH KONVEKSI INDRAPURA DI PURWOKERTO

TUGAS MATAKULIAH AKUNTANSI KUKM





Oleh:
1. FITRIA CANDRANINGRUM C1C007032
2. BAYU FAJAR P.H C1C007035
3. INDRA AJI .P C1C007046
4. KHOERUL BADISYA C1C007073
5. RIANDASA A.F C1C007080
6. FAJAR KURNIA I.S C1C007089
7. SUKMA NURWIBAWA C1C007127
8. RIKI VANADISYA C1C007135
9. YUFRIANTO DIONO C1C007139


DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS EKONOMI
PURWOKERTO
2009
A. PENDAHULUAN
Usaha Kecil Menengah (UKM) yang dahulu dipandang sebelah mata oleh sebagian besar masyarakat, pada saat ini ternyata bisa dijadikan sebagai altenatif peluang bisnis yang cukup menjanjikan dan tahan akan terpaan krisis ekonomi secara langsung. Hal ini dapat dilihat dari semkain banyak dan menjamurnya UKM yang didirikan di lingkungan sekitar masyarakat. Walaupun hanya didirikan dengan modal yang sangat terbatas, namun usaha seperti ini teryata mendapat reaksi positif dari pasar sehingga perputaran pendapatannya pun lebih cepat. Hal ini mendorong kontinuitas usaha agar dapat tetap survive dalam persaingan bisnisnya.
Agar usaha dapat bertahan dalam persaingan maka dibutuhkan suatu keunggulan bisnis yang dapat membedakan dari pesaing-pesaing lainnya. Keunggulan tersebut dapat dilihat dari segi harga, lokasi bisnis yang strategis, penjualan produk yang sesuai dengan permintaan pasar, serta promosi yang gencar dilakukan.
Untuk lebih memahami persaingan dalam bisnis, kami melakukan survei pada perusahaan konveksi dan design interior Indrapura yang merupakan salah satu usaha yang bergerak dalam bidang manufaktur ( mengolah bahan setengah jadi menjadi bahan / barang jadi ).








B. PEMBAHASAN
1. Profil UKM
Indrapura konveksi berdiri pada tahun 1980-an oleh H. Moh. Zainuddin. Indrapura konveksi terletak di Jalan Gunung Muria nomor 861, RT 1 RW 8, Desa Grendeng, Purwokerto Utara.
Saat ini Indrapura mempunyai 25 karyawan yang dikepalai oleh pimilik yang bernama Tri Widiantor, ST dan Ibu Urip. Karyawannya terdiri dari karyawan produksi, desain grafis, dan administrasi.











Gambar 1. Struktur Organisasi




2. Proses Produksi
Pertama kali berdiri usahanya hanya meliputi penyablonan. Namun saat ini, usahanya telah berkembang menjadi usaha konveksi (t-shirt dan jaket), pembuatan souvenir (gelas), percetakan serta pembuatan spanduk. Bahan baku untuk t-shirt dan jaket yang digunakan beragam jenisnya. Bahan baku dibeli dari daerah Bandung karena harganya jauh lebih murah daripada di Purwokerto dengan kualitas bahan yang sama. Untuk kain spanduk dan gelas/ mug dibeli dari Purwokerto.
Indrapura memproduksi barang berdasarkan pesanan. Hal yang pertama kali dilakukan adalah proses pemesanan yang dilakukan oleh pelanggan. Setelah terjadi kesepakatan mengenai harga antara pemesan dan produsen (usaha mitra) maka dibuat faktur pemesanan yang berisi jumlah barang yang akan dibuat, harga satuan, harga total beserta design/pola contoh yang diinginkan oleh pelanggan (konsumen). Kemudian bahan untuk membuat kaos/ jaket tersebut diambil dari gudang penyimpanan yang letaknya agak jauh dari tempat produksi.
Bahan kemudian dipotong sesuai dengan pola yang diinginkan oleh pelanggan/ konsumen. Kain yang telah dipotong tersebut kemudian disablon lalu dipres agar hasil sablonan menempel benar. Hal yang pertama kali dilakukan dalam proses penyablonan adalah pembuatan design kemudian difilmkan untuk pembagian warna. Lalu design tersebut dicetak. Proses penyablonan pada t-shirt dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan warnanya. Setelah disablon, kain diobras kemudian dijahit. Pemasangan kancing dan aksesoris lainnya dilakukan jika konsumen menghendaki adanya kancing/ resleting/ aksesori lainnya.
Seperti halnya pada proses penyablonan t-shirt, hal yang pertama kali dilakukan adalah pembuatan design. Design tersebut kemudian diprint pada kertas khusus dan penyablonan dapat segera dilakukan. Penyablonan untuk warna gelap dilakukan dengan menggunakan tinta karet sedangkan untuk warna yang lebih terang dilakukan dengan menggunakan medium yang transparan.
Penyablonan dalam bentuk huruf maupun angka pada spanduk dilakukan seperti halnya penyablonan pada mug. Namun pada proses penyablonan spanduk design dicetak ke kertas chasing dengan pemberian obat khusus. Alat yang digunakan untuk menyablon juga lebih sederhana.
Penyablonan dalam bentuk gambar lebih sulit daripada penyablonan dalam bentuk huruf maupun angka. Kesulitannya dalam proses pembuatan film. Setelah difilmkan design dicetak ke kertas chasing kemudian dilakukan penyablonan.












Diagram alur proses produksi jaket dan kaos
























Diagram alur proses produksi souvenir (gelas/ mug)






Diagram alir proses produksi spanduk
• Untuk penyablonan dalam bentuk huruf/angka (penyablonan yang mudah)






• Untuk penyablonan dalam bentuk gambar (penyablonan yang relatif sulit)









3. Indentifikasi Masalah KUKM
A. Bidang Permodalan
Indrapura memulai usahanya dengan modal pribadinya, karena ini adalah usaha perorangan. Saat ini modal yang dimiliki sudah besar, hal ini dibuktikan dengan peralatan yang lebih modern dan jumlahnya yang relatif besar juga dan kemampuan perusahaan menghasilkan omzet per bulan yang sudah mencapai kurang lebih Rp. 100.000.000,00.
Permasalahan yang dihadapi oleh mitra adalah dalam hal tertib administrasi. Karena merupakan usaha keluarga, tertib administrasinya kurang. Misalnya faktur pemesanan, catatan pengambilan barang dari gudang, bukti kas keluar dan bukti kas masuk yang tidak tercatat dengan baik, sistem pencatatan yang belum terkomputerisasi, pembebanan biaya kegagalan produk,dll.
Kendala lain yang sering dihadapi oleh mitra adalah masalah piutang dagang. Oleh karena sistem jual-beli yang dilakukan oleh mitra adalah sistem trust (kepercayaan) sehingga terkadang tidak ada perjanjian antara pihak penjual (mitra) dengan pembeli/pemesan maka seringkali masalah piutang ini menjadi kendala. Seringkali ada pembeli/pemesan yang tidak melunasi utangnya, karena piutang itu sendiri tidak dicatat dengan baik dan tidak ada batas waktu akhir pembayaran piutang, sehingga sulit sekali untuk dikontrol. Untungnya, hal tersebut tidak mengakibatkan kerugian yang signifikan.
Kondisi peralatan produksinya saat ini sudah cukup modern dari saat pertama kali berdiri. Ini dibuktikan dengan adanya mesin jahit yang, mesin obras, mesin overdeck, mesin karet, mesin press, mesin lubang kancing, mesin afdrek, alat sablon, triplek media, dan mesin mug.

B. Bidang Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi kaos dan jaket berasal dari kota Bandung. Pertimbangan pemilik memilih membeli bahan dari kota Bandung ini adalah karena harga kain di Bandung jauh lebih murahdan mempunyai kualitas yang cukup baik daripada di Purwokerto, dan bahkan tidak ada kain di Purwokerto yang harganya bisa lebih murah dibandingkan dengan di Bandung. Harga kain beragam sesuai dengan jenis bahan dan kualitasnya.
Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi souvenir gelas, berasal dari Purwokerto saja, karena bidang produksi ini bukan yang utama di Indrapura konveksi, sehingga untung yang dicari dari usaha ini pun tidak terlalu maksimal.
Bahan baku untuk kain spanduk juga diperoleh dari Purwokerto, karena pertimbangan harga yang relatif sama dan tidak jauh berbeda dengan yang lain, juga karena kain spanduk jenisnya lebih sedikit dibandingkan dengan kain yang dipakai untuk baju (t-shirt) atau jaket.

C. Bidang Sumber Daya Manusia
Pegawai yang bekerja di Indrapura adalah pegawai borongan. Ada 2 pegawai tetap yang digaji yaitu designer grafis. Kendala penggunaan sistem borongan adalah uang yang harus dikeluarkan mitra untuk membayar pegawai mempunyai hubungan yang berbanding lurus yang bersifat linier dengan jumlah barang, karena pegawai borongan dibayar berdasarkan banyaknya jumlah barang yang dipesan. Permasalahan yang timbul karena hal ini terasa apabila pesanan meningkat. Pada saat pesanan sedikit tidak menjadi masalah karena mitra mengeluarkan uang tidak terlalu besar. Namun, pada saat pesanan meningkat mitra harus mengeluarkan biaya upah yang lebih besar.
Lain halnya apabila sistem kepegawaiannya dilaksanakan dengan sistem gaji (pegawai tetap). Berapa pun jumlah barang yang diproduksi, mitra hanya harus mengeluarkan uang sebanyak gaji seperti biasa, tidak mengalami penggelembungan biaya upah saat produksi meningkat. Dengan keadaan seperti ini mitra dapat menurunkan harga jual barang.
Sebenarnya pegawai yang ada saat ini, dapat dikatakan adalah pegawai yang tetap di Indrapura konveksi, namun sistem gaji yang mereka terima adalah borongan, sesuai volume pesanan tertentu yang didapat, misalnya untuk 1500 potong baju, seorang pegawai digaji sebesar Rp. 1.000.000,00 maka biaya pokok per potong baju itu sudah pasti tetap dan tidak dapat dikurangi..
Sedangkan dari sudut pandang sumber daya manusia untuk sistem akuntansi yang baik, pencatatan belum dapat dilakukan dengan komputerisasi dan masih menggunakan konsep matching yang masih sederhana yaitu membandingkan pendapatan dan beban saja, karena kesulitan kondisi di UKM milik perseorangan, yang segalanya serba trust dan cenderung tidak mau repot. Padahal pemilik sendiri juga sudah menyadari perlunya sistem tata buku yang lebih baik, untuk mengurangi tingkat kesalahan dalam pencatatan.

D. Bidang Manajemen Produksi
Indrapura konveksi merupakan UKM bidang konveksi yang jumlah kapasitas produksinya relatif besar, hal ini bisa dilihat dari jumlah pesanan yang masuk, yang diterima oleh mitra dan kemampuan mitra untuk menyelesaikan pesanan itu oleh pegawai yang dibayar dengan sistem borongan untuk suatu besaran volume tertentu.
Dilihat dari segi kualitas produk, mitra dapat menghasilkan produk dengan kualitas yang cukup baik, karena tenaga pekerja yang sudah ahli dan terbiasa untuk menerima pesanan dalam jumlah besar, selain itu tinta yang digunakan oleh mitra mempunyai kualitas yang baik bertaraf import yang tidak dimiliki oleh konveksi lainnya, sekalipun juga tidak menutup kemungkinan adanya kesalahan produksi, yang mungkin terjadi pada waktu pemotongan pola, maupun sablonnya. Namun besar presentase kesalahan itu tidak signifikan.
Biaya ataus kerugian yang diakibatkan oleh karyawan dalam proses produksi seluruhnya ditanggung oleh mitra dan tidak dibebankan kepada karyawan, akan tetapi walaupun sistem reward and punish tidak diterapkan mitra hal itu tidak mengurangi kualitas yang didapat atas produknya.
E. Bidang Pemasaran
Lingkup Pasar mitra bukanlah outlet, distro maupun toko-toko walaupun ada sebagian kecil yang dipasarkan di tempat tersebut. Namun, pasaran utamanya adalah borongan dari suatu perusahaan atau instansi serta club tertentu.
Mitra tidak pernah menyediakan/mengeluarkan biaya untuk sarana promosi atau pemasaran, karena pemesan tersebut yang sendiri datang ke mitra. Sarana pemasarannya adalah dari mulut ke mulut, karena biaya promosi tidak dianggarkan dan cenderung di fokuskan kepada biaya produksi dan usaha mitra ini sudah berjalan selama kurang lebih 20 tahun, sehingga sudah dikenal oleh masyarakat dengan baik, dan pesanan yang datang itu pun tidak hanya untuk memesan baju, jaket atau penyablonan, namun juga usaha mitra ini sangat banyak menerima pesanan pembuatan/cetakan spanduk, reklame, dan souvenir gelas.
Market Share dari mitra sudah mencakup Purwokerto bahkan sudah mencapai Tegal. Hal ini dibuktikan dengan adanya pesanan khusus dari daerah tegal.

F. Bidang Pengelolaan dan Pemanfaatan Limbah
Pengelolaan limbah/sisa bahan di Indrapura sudah cukup baik. Bahan kain sisa hasil produksi tidak dibuang, namun ada pihak yang secara langsung mengambil sisa kain tersebut dan membayarnya kepada mitra. Sebenarnya sisa bahan kain tersebut dapat diubah menjadi barang yang lebih bernilai, misalnya dibuat keset atau kerajinan yang lain. Namun, mitra lebih memilih menjual sisa-sisa tersebut dengan alasan karena sudah adanya orang yang dapat menampung sisa bahan itu dan membayarnya, sehingga mitra tidak repot untuk mengurus limbahnya, walaupun limbahnya biasanya mitra gunakan kembali sebagai bahan kaos dan jika pegawai menginginkan sisa bahan baku tersebut, pegawai diperbolehkan untuk mengambilnya.
4.Analisa SWOT
Strength
Bahan baku terutama tinta memiliki kualitas tinggi yang membedakan dengan konveksi yang lainnya, karena tinta yang digunakan adalah tinta yang langsung diimpor dari jepang. Selain itu, konveksi ini berorientasi kepada pelanggan dan sudah cukup banyak memiliki pelanggan setia. Dalam pengelolaan SDM nya, mitra lebih cenderung menggunakan result control dan hal itu terbukti dengan kualitas yang tetap terjaga.


Weakness
Mitra dalam hal pengelolaan keuangan masih belum terbiasa ter-komputerisasi jadi untuk melakukan peramalan dan perhitungan target keuangan masih terbatas dalam pengelolaan datanya. Dalam hal pemasaran, mitra belum melakukan promosi secara efektif hanya masih mengandalkan promosi dari mulut kemulut baik oleh mitra maupun para pelanggannya oleh karena itu masih sulit untuk menjangkau pasar yang luas. Selain itu, mitra masih belum berani membuka cabang baru untuk melakukan ekspansi usaha. Dalam hal lokasi usaha, mitra belum dapat memaksimalkan potensi lokasi yang sebenarnya dapat dikatakan strategis terutama dalam pasar yang berorientasi mahasiswa.
Opportunity
Mitra lebih cenderung berorientasi kepasar instansi dan perusahaan-perusahaan yang terkait karena dianggap lebih potensial dalam menerapkan orientasi pelanggan.
Threat
Mitra kurang peka dalam berkompetisi dengan para pesaing dalam hal meraih konsumen baru sehingga omset yang diperoleh tidak mengalami kenaikan secara signifikan dan kecenderung stagnan. Oleh karena itu, diperlukan usaha yang lebih agar pelanggan yang sudah ada tidak beralih ke pesaing mitra dan hal itu sangat menuntut manajemen kualitas yang baik.

5. Pencatatan
Dalam Pencatatan Akuntansi Indrapura tidak menggunakan sistem komputerisasi, karena alasan mitra tidak mau direpotkan dan mitra merasa pencatatan manual lebih dirasa aman dan terpercaya. Untuk dasar pengenaan harga, digunakan harga perolehan ditambah biaya-biaya yang dikeluarkan sehingga barang tersebut siap untuk dijual sesuai pesanan konsumen.



6. Analisis Keuangan

a. Penjualan

a. Penjualan/pendapatan untuk produksi dalam 1 bulan = Rp. 100.000.000
(pendapatan rata-rata untuk baju, jaket dan spanduk)
b. Laba Persentase 10% ( sebelum dikurangi biaya-biaya = 20%)
Laba = Penjualan – Modal Kerja
= Rp. 100.000.000 – Rp. 90.000.000 = Rp. 10.000.000
b. Rasio keuangan

1. NPV
NPV =
=
= 1,11
Karena NPV lebih besar dari 1 maka bisnis konveksi ini menguntungkan dan dapat diteruskan.
2. Profit Margin
Profit Margin =
=
= 10%




C. PENUTUP
a. Kesimpulan
Indrapura konveksi yang dijalankan oleh H.Moh.Zainuddin yang berdiri dari tahun 80-an. Saat ini Indrapura mempunyai 25 karyawan yang dikepalai oleh pimilik yang bernama Tri Widiantor, ST dan Ibu Urip. Indrapura memproduksi barang berdasarkan pesanan. Indrapura memulai usahanya dengan modal pribadinya, karena ini adalah usaha perorangan. Saat ini modal yang dimiliki sudah besar, hal ini dibuktikan dengan peralatan yang lebih modern dan jumlahnya yang relatif besar. selain itu, Mitra mempunyai kelebihan dan kelemahan dalam usahanya ini.
b. Saran
1. Mulai melakukan pembukuan yang lebih rapi dan rinci agar dapat melakukan peramalan dan penilaian terhadap biaya dan pendapatan secara tepat.
2. Lebih mengefektifkan promosi terutama dalam hal meraup pasar potensial.
3. Melakukan ekspansi usahanya dengan membuka cabang baru.
4. Merekrut SDM yang terlatih dan ahli dalam bidangnya.
5. Biaya kegagalan produksi sebaiknya dipersentasekan terhadap beban gaji agar memenuhi fungsi result and punishment dalam melaksanakan result control.

SENI STRATEGI PENGENDALIAN SEBAGAI KUNCI KEBERHASILAN TOYOTA

1. Pendahuluan
Suatu perusahaan mempunyai strategi pengendalian yang berbeda antar satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh budaya yang ada pada perusahaan tersebut. Strategi pengendalian perusahaan umumnya mencakup pengendalian hasil, pengendalian aktivitas, dam pengendalian orang dan hal itu saling berkaitan satu sama lain karena ditiap segmennya akan saling membutuhkan

2. Pengertian Strategi Pengendalian
Strategi pengendalian adalah strategi yang dibangun oleh perusahaan agar tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik. Seperti yang diungkapkan sebelumnya, Strategi pengendalian perusahaan umumnya mencakup pengendalian hasil, pengendalian aktivitas, dam pengendalian orang

3. Sekilas Tentang Toyota Motor Corporation
Toyota Motor Corporation (TMC) adalah sebuah perusahaan mobil di Jepang, yang berpusat di Toyota, Aichi. Toyota Motor Corporation didirikan oleh Toyoda pada September 1933 yang pada mulanya hanyalah suatu perusahaan manufaktur Pabrik Tenun Otomatis. Setelah beberapa periode berjalan, Toyoda memutuskan untuk mendirikan Toyota Motor Corporation dan mulai merintis pabrikan otomotifnya, selain itu hingga saat ini Toyota mulai mengembangkan sayapnya diluar usaha utamanya sebagai pabrikan otomotif tetapi juga memberikan pelayanan finansial, dan ikut berpartisipasi dalam segmen bisnis lainnya.
Toyota merupakan pabrikan mobil terbesar ketiga di dunia dalam unit sales dan net sales. Pabrikan terbesar di Jepang ini menghasilkan 5,5 juta unit mobil di seluruh dunia. Jika dihitung, angka ini ekuivalen dengan memproduksi 1 unit mobil dalam 6 detik. Hal ini telah membuktikan adanya suatu kunci keberhasilan yang telah menjadi tradisi dalam perkembangannya atau yang lebih dikenal dengan Kaizen yaitu perbaikan terus-menerus kearah menuju kemajuan yang intinya adalah seni strategi pengendalian dalam menciptakan Total Quality control (TQC) dan ini ditunjukan dengan ciri khas produk yang menggunakan teknologi mutakhir berkualitas tinggi dengan harga jual yang murah.

4. Struktur Organisasi ( Indonesia)
Presiden Direktur : Johnny Darmawan Danusasmita
Wakil Presiden Direktur : Shinji Fujii
Direktur : Joko Trisanyoto, Shinji Yamasaki, Benny Radjo Setyono, Hirohiko Fukatsu

5. Strategi Pengendalian di Toyota Motor Corporation
. Toyota yang merupakan perusahaan otomotif terkemuka menerapkan strategi pengendalian sebagai suatu tradisi yang harus dijunjung oleh setiap individu dalam perusahaan. Hal itu menjadikan Toyota berbeda dengan perusahaan otomotif lainnya dalam melakukan suatu strategi pengendalian.
Kaizen ialah salah satu filosofi fundamental yang diterapkan Toyota dalam melakukan strategi pengendalian untuk mencapai Total Quality Control (TQC) sebagai pencapaian akhir perusahaan dalam melakukan pengendalian. Strategi pengendalian tersebut lebih cenderung dikatakan sebagai suatu seni karena dalam penerapannya tidak hanya menghasilkan tujuan perusahaan pada umumnya akan tetapi penerapannya juga mampu memberikan kualitas yang terus meningkat hingga jangka panjang akan kelangsungan perusahaan.
Penerapan strategi pengendalian dalam Toyota menuntut untuk menyeimbangkan pemanfaatan teknologi modern dengan sumber daya manusia berkompetan untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Dalam aplikasinya, menitik-beratkan manusia sebagai aset utama perusahaan, menanamkan kualitas individunya adalah langka utama dalam menerapkan strategi pengendalian yang dimaksud. Suatu perusahaan biasanya terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, dan perangkat manusia. Dalam menerapkan perangkat manusia dengan tepat maka perangkat lunak dan perangkat keraspun bisa diperhitungkan atau lebih dikenal dengan istilah The right people in the right place. Selain sumber daya manusia merupakan modal utama keberhasilan usaha, demi meningkatkan kualitas sumber daya manusia, Toyota mengirim karyawan untuk mengikuti berbagai workshop dan pelatihan baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Hal ini merupakan langkah awal dalam melakukan People control atau pengendalian orang.
Toyota mengharuskan setiap individunya untuk melewati beberapa tahap pengendalian yaitu tahap pertama ialah dimana para individu harus dibantu untuk mengindentifikasi masalah fungsional maupun lintas fungsional. Hal ini dimaksudkan agar individu lebih peka terhadap masalah yang ada disetiap segmen perusahaan. Selanjutnya pada Tahap kedua, individu dilatih untuk menggunakan alat pemecahan masalah agar mempunyai kemampuan yang baik jika dihadapkan dalam suatu masalah. Tahap ketiga yaitu masalah yang telah terpecahkan tersebut distandarsasi yang kemudian akan menjadi suatu prosedur standar dari suatu operasional yang dilakukan oleh setiap individunya. Jika kita cermati dari setiap tahapan diatas, ditemukan suatu proses feedback yang unik dimana setiap perubahan standar ditetapkan oleh pegawai tingkat operasional atau cenderung lebih mengutamakan bottom up.
Setiap standar yang ditetapkan melalui beberapa tahap diatas kemudian akan mengalami perbaikan lagi pada evaluasi selanjutnya. Standard tersebut kemudian akan dijadikan suatu landasan dalam melakukan Result Control yaitu pengendalian yang didasarkan atas hasil yang dicapai atau yang berarti Pengendalian Hasil. Toyota yang mengharuskan output yang berkualitas menerapkan System Produksi Tepat Waktu yaitu berarti bahwa jumlah yang pasti dari unit-unit yang dibutuhkan dibawa ketahap-tahap produksi dalam waktu yang tepat tanpa mengurangi kualitas. Hal ini berarti dapat menghindari adanya penumpukan persediaan barang setengah jadi di gudang divisi selanjutnya. Dengan cara tersebut Toyota mampu memangkas biaya kerusakan bahan setengah jadi digudang, selain itu Toyota mampu menekan kelebihan target produksinya sehingga barang yang diproduksi adalah barang yang benar-benar dalam lingkup permintaan. Hal ini tentu memerlukan kontribusi yang optimal dari setiap individu operasionalnya.
Suatu otomatisasi sangat diperlukan agar tujuan produksi tepat waktu dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini diaplikasikan, misalnya ketika terjadinya kelebihan produksi, keseluruhan proses produksi akan berhenti total. Para individu pun akan jauh dari kesalahan karena hal tersebut sudah terotomatisasi dan kualitas pun akan tetap terjaga.
Pengendalian Aktivitas atau yang lebih dikenal dengan Action Control yaitu pengendalian yang menekankan aspek aktivitas. Biasanya pengendalian aktivitas lebih bersifat preventif. Toyota menerapkan pengendalian aktivitas individunya dengan sebuah kartu evaluasi atau yang dikenal dengan istilah kamban. Kamban sendiri dibuat sebagai sarana pencegahan produk dibuat tidak sesuai dengan kualifikasi yang diterapkan perusahaan sehingga pengendalian aktivitas terjadi secara otomatis yaitu ,misal divisi perakitan menerima roda dari divisi suku cadang, jika roda tersebut tidak sesuai dengan spesifikasi yang diminta divisi perakitan maka divisi perakitan akan memberi keterangan tak layak pada kamban tersebut dan hal ini akan menjadi feedback bagi divisi roda untuk membuat roda yang sesuai standard atau dengan menekan angka kesalahan produksi roda kedepannya karena Toyota percaya bahwa divisi selanjutnya adalah konsumen yang harus diberikan keutamaan kualitas.

6. Usulan Strategi Pengendalian
Strategi pengendalian dalam Toyota Motor Corporation (TMC) cenderung lebih menekankan dan terkonsentrasi hanya dalam proses produksinya saja, hal ini seakan-akan melumpuhkan fungsi pemasarannya yang berperan sebagai pusat pendapatan perusahaan. Hal ini terlihat dari gencar atau tidaknya Toyota melakukan promosi ke dalam setiap segmen pasar jika dibandingkan dengan Honda. Maka perlu dibuat sistem atau strategi pengendalian yang sama terkonsentrasinya dengan yang ada dalam produksi agar adanya suatu kesatuan performa antar semgen diperusahaan dalam mencapai tujuan utama perusahaan.


7. Kesimpulan
Dari ketiga elemen strategi pengendalian tersebut telah membuktikan bahwa setiap elemen strategi pengendalian saling berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan yang sama. Dengan adanya hal itu, maka tidak hanya sekedar praktis yang dibutuhkan, namun komitmen dari setiap individu sangatlah mendukung karena inti dari sebuah tujuan adalah manusia dan tentunya sangat dibutuhkan suatu seni strategi pengendalian dalam pengimplementasikannya.

8. Penutup
Suatu perusahaan dikatakan berhasil apabila telah mencapai tujuannya, maka oleh karena itu dibutuhkan suatu strategi pengendalian terhadap aspek yang tercakup didalamnya yang akan membawa perusahaan kearah keberhasilan. Aspek strategi pengendalian ialah berperan sebagai ujung tombak perusahaan dalam pemenuhan tujuannya. dalam perusahaan tersebut. Maka suatu strategi pengendalian harus benar-benar diterapkan secara efektif dan efisien tidak hanya dalam skala jangka pendek tapi harus tetap memikirkan jangka panjang juga agar kedepannya mampu membawa perusahaan kearah lebih baik.

9. Referensi :
Imai, Masaaki, 2008, The Kaizen Power, Jogjakarta: think.
Praptapa, Agung, 2009, The Art Of Controlling People, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Situs: www.toyota.co.jp
PT. Toyota-Astra Motor (web)

MEKANISME KERJA PASAR DALAM ISLAM

BAB I

PENDAHULUAN

                            

                   Pasar adalah sebuah mekanisme pertukaran barang dan jasa yang alamiah dan telah berlangsung sejak peradaban awal manusia. Islam menempatkan pasar pada kedudukan yang penting dalam perekonomian. Praktik ekonomi pada masa Rasulullah dan Khullafaurrasyidin menunjukan adanya peranan pasar yang besar. Rasulullah sangat menghargai harga yang dibentuk oleh pasar sebagai harga yang adil. Beliau menolak adanya suatu price intervention seandainya perubahan harga terjadi karena mekanisme pasar yang wajar. Namun, pasar di sini mengharuskan adanya moralitas, anatara lain : persaingan yang sehat (fair play), kejujuran (honesty), keterbukaan (transparancy), dan keadilan (justice). Jika nilai-nilai ini telah ditegakkan, maka tidak ada alasan untuk menolak harga pasar.

                   Dalam catatan sejarah memaparkan bagaimana Rasulullah menghargai mekanisme pasar sebagai sebuah sunnatullah yang harus dihormati. Pandangan tentang pasar dan harga dari beberapa pemikir besar muslim seperti Abu Yusuf, Al-Ghazali, Ibn Khaldun, Ibn Taimiyah juga diungkap. Pemikiran-pemikiran mereka tentang pasar ternyata sangat canggih dan tergolong futuristik jika dipandang pada masanya. Pemikiran-pemikran mereka tentu saja merupakan kekayaan khasanah intelektual yang sangat berguna pada masa kini dan masa depan. Selanjutnya dipaparkan bagaimana mekanisme kerja pasar serta faktor-faktor yang memengaruhinya. Beberapa bentuk transaksi bisnis yang dianggap tidak Islami yang umum dipraktikan masyarakat Arab pada waktu itu.

 

 

 

 

 

BAB  II

PEMBAHASAN

 

A.      Pasar pada Masa Rasulullah

            Pasar memegang peranan penting dalam perekonomian masyarakat Muslim pada masa Rasulullah SAW dan Khulafaurrasyidin. Bahkan, Muhammad SAW sendiri pada awalnya adalah seorang pebisnis, demikian pula Khulafaurrasyidin dan kebanyakan sahabat. Pada saat awal perkembangan Islam di Makkah Rasulullah SAW dan masyarakat Muslim mendapat gangguan dan terror yang berat dari masyarakat kafir Makkah sehingga perjuangan dan dakwah merupakan prioritas. Ketika masyarakat Muslim telah berhijrah ke Madinah, peran Rasulullah SAW bergeser menjadi pengawas pasar atau Al- muhtasib.

            Pada saat itu mekanisme pasar sangat dihargai. Beliau menolak untuk membuat kebijakan penetapan harga manakala tingkat harga di Madinah pada saat itu tiba-tiba naik. Sepanjang kenaikan terjadi karena kekuatan permintaan dan penawaran yang murni, yang tidak dibarengi dengan dorongan-dorongan monopilistik dan monopsonistik, maka tidak ada alasan untuk tidak menghormati harga pasar. Dalam suatu Hadits dijelaskan bahwa pasar merupakan hukum alam (Sunnatullah) yang harus dijunjung tinggi. Tak seorang pun secara individual dapat mempengaruhi pasar, sebab pasar adalah kekuatan kolektif yang telah menjadi ketentuan Allah SWT.

            Pelanggaran terhadap harga pasar, misalnya penetapan harga dengan cara dan karena alasan yang tidak tepat, merupakan suatu ketidakadilan (injustice) yang akan dituntut pertanggung jawabannya dihadapan Allah dan begitu pun sebaliknya.

            Penghargaan Islam terhadap mekanisme pasar berdasar pada ketentuan Allah SWT bahwa perniagaan harus dilakukan secara baik dengan rasa suka sama suka serta nilai moralitas mutlak harus ditegakkan. Secara khusus nilai moralitas yang mendapat perhatian penting dalam pasar adalah persaingan yang sehat, kejujuran, keterbukaan, dan keadilan.

                                   

 

 

 

B.       Pasar dalam Pandangan Sarjana Muslim

1.      Mekanisme Pasar Menurut Abu Yusuf (731-798 M)

      Pemikiran Abu Yusuf tentang pasar dapat dijumpai dalam bukunya Al-Kharaj yang membahas prinsip-prinsip perpajakan dan anggaran negara yang menjadi pedoman Kekhalifahan Harun Al-Rasyid di Baghdad. Ia menyimpulkan bekerjanya hukum permintaan dan penawaran pasar dalam menentukan tingkat harga, meskipun kata permintaan dan penawaran ini tidak ia katakana secara eksplisit. Selain itu dalam bukunya secara implisit juga dijelaskan bahwa, harga bukan hanya ditentukan oleh penawaran saja, tetapi juga permintaan terhadap barang tersebut. Bahkan, Abu Yusuf mengidikasikan adanya variable-variabel lain yang juga turut mempengaruhi harga, misalnya jumlah uang beredar di Negara itu, penimbunan atau penahanan suatu barang, atau lainnya.

2.      Evolusi Pasar Menurut Al-Ghazali (1058-1111 M)

      Al-Ihya Ulumuddin karya Al-Ghazali banyak membahas topik-topik ekonomi, termasuk pasar. Dalam karyanya tersebut ia membicarakan barter dan permasalahannya, pentingnya aktivitas perdagangan dan evolusi terjadinya pasar, termasuk bekerjanya kekuatan permintaaan dan penawaran dalam mempengaruhi harga.

      Al-Ghazali menyadari kesulitan yang timbul akibat sistem barter yang dalam istilah ekonomi modern disebut double coincidence, dan karena itu diperlukan suatu pasar. Selain itu Al-Ghazali juga telah memahami suatu konsep, yang sekarang kita sebut elastisitas permintaan. Hal ini tampak jelas dari perkataaannya bahwa mengurangi margin keuntungan dengan menjual harga yang lebih murah akan meningkatkan volume penjualan, dan ini pada gilirannya akan meningkatkan keuntungan.

3.      Pemikiran Ibn Taimiyah

      Pemikiran Ibn Taimiyah mengenai mekanisme pasar banyak dicurahkan melalui bukunya, yaitu Al-Hisbah fi’l Al-Islam dan Majmu’ Fatawa. Pandangan Ibn Taimiyah mengenai hal ini sebenarnya terfokus pada masalah pergerakan harga yang terjadi pada waktu itu, tetapi ia letakakan dalam kerangka mekanisme pasar. Secara umum, beliau telah menunjukan the beauty of market (keindahan mekanisme pasar sebagai mekanisme ekonomi).

 

      Beberapa faktor yang mempengaruhi permintaaan dan kemudian tingkat harga adalah sebagai berikut :

a.       Keinginan orang terhadap barang-barang sering kali berbeda-beda.

b.      Jumlah orang yang meminta.

c.       Kuat atau lemahnya kebutuhan terhadap barang-barang itu.

d.      Kualitas pembeli baranng tersebut.

e.       Jenis (uang) pembayaran yang digunakan dalam transaksi jual beli.

     Ibn Taimiyah secara umum sangat menghargai arti penting harga yang terjadi karena mekanisme pasar yang bebas. Ia menolak segala campur tangan untuk menekan atau menetapkan harga sehingga mengganggu mekanisme yang bebas.

4.      Mekanisme Pasat Menurut Ibn Khaldun (1332-1383 M)

      Ibn Khaldun sangat menghargai harga yang terjadi dalam pasar bebas, namun ia tidak mengajukan saran-saran kebijakan pemerintah untuk mengelola harga. Ia lebih banyak memfokuskan kepada faktor-faktor yang mempengaruhi harga. Hal ini tentu saja berdeda dengan Ibn Taimiyah yang dengan tegas menentang intervensi pemerintah sepanjang pasar berjalan dengan bebas dan normal.

 

C.      Pengertian Kekuatan Pasar Menurut Ekonomi Islam

            Berikut akan dipaparkan mekanisme pasar sebagaimana dikonsepkan para pemikir Islam Klasik:

1.      Permintaaan

       Permintaan merupakan salah satu elemen yang menggerakan pasar. Istilah yang digunakan oleh Ibn Taimiyah untuk menunjukan permintaan ini adalah keinginan. Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi permintaaan sebagai berikut:

a.      Faktor-faktor penentu permintaan

1.      Harga barang yang bersangkutan

Pada umumnya hubungan anatara tingkat harga dan jumlah permintaan adalah negatif, yakni semakin tinggi tingkat harga, maka semakin rendah jumlah permintaan, demikian pula sebaliknya.

 

 

a).Efek Substitusi

Efek subtitusi berarti bahwa jika harga suatu barang naik, maka hal ini akan mendorong konsumen untuk mencari barang lain yang bias menggantikan fungsi dari barang yang harganya naik tersebut (barang subtitusi).

b).Efek Pendapatan

Efek pendapatan berarti bahwa, jika harga suatu barang naik maka berarti pula secara riil pendapatan konsumen turun sebab dengan pendapatan yang sama ia hanya dapat membeli barang sedikit.

2.      Pendapatan Konsumen

Semakin tinggi pendapatan seorang konsumen, maka akan semakin tinggi daya belinya sehingga permintaannya terhadap barang akan semakin meningkat pula.

3.      Harga barang lain yang terkait

Yang dimaksud barang lain yang terkait adalah subtitusi dan komplementer dari barang tersebut. Jika harga barang subtitusinya turun, maka permintaan terhadap barang tersebut pun turun, sebab konsumen mengalihkan pada barang subtitusi. Sementara jika barang komplementernya naik, maka permintaan terhadap barang tersebut akan turun.

4.      Selera konsumen

Jika selera konsumen terhadap barang tersebut tinggi maka permintaannya pun akan tinggi meskipun harganya pun tinggi, dan begitu pun sebaliknya.

5.      Ekspektasi (pengharapan)

Meskipun tidak secara eksplisit, pemikiran ekonomi Islam klasik telah menengarai peran ekspektasi dala menentukan permintaan. Ekspektasi bias berupa ekspektasi positif maupun negative. Dalam kasus ekspektasi positif konsumen akan lebih terdorong untuk membeli suatu barang, dan untuk ekspektasi negative berlaku sebaliknya.

6.      Mashlahah

Pengaruh mashlahah terhadap permitaan tidak bisa dijelaskan secara sederhana sebab ini tergantung kepada tingkat keimanan. Jika maslahah relative turunmaka jumlah barang yang diminta akan turun juga, begitu juga sebaliknya.

 

b.      Kurva Permintaan

P

 


18

 

10                               D

                                Q

     8              9

 

c.       Perubahan Permintaan karena Faktor Selain Harga

P

 

 18               A

 

                                  

10                                         12D11'>

                                        Q

         13        24

2.      Penawaran

       Dalam khasanah pemikiran ekonomi Islam Klasik, pasokan (penawaran) telah dikenal sebagai kekuatan penting di dalam pasar. Ibn Taimiyah mengistilahkan penawaran ini sebagai ketersediaaan barang di pasar.

a.      Mashlahah

Pengaruh mashlahah terhadap penawaran pada dasarnya akan tergantung pada tingkat keimanan produsen. Jika jumlah mashlahah yang terkandung dalam barang yang diproduksi semakin meningkat, maka produsen Muslim akan memperbanyak jumlah produksinya.

b.      Keuntungan

Keuntungan merupakan bagian dari mashlahah karena ia dapat mengakumulasi modal pada akhirnya dapat digunakan berbagai aktivitas lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan adalah:

1.      Harga Barang

Jika harga suatu barang naik maka keuntungan akan naik pula. Kemudian hal ini akan menaikan total keuntungan sehingga mendorong produsen untuk melakukan penawaran lebih naik lagi.

2.      Biaya Produksi

Biaya produksi jelas menentukan tingkat keuntungan sebab keuntungan merupakan selisih dari penerimaan dengan biaya produksi. Jika biaya turun maka keuntungan produsen akan meningkat, dan hal ini akan mendorongnya untuk meningkatkan penawaran. Biaya Produksi ditentukan oleh dua factor:

a).Harga Input Produksi

Jika biaya input produksi naik, maka biaya produksi naik pula dan berpengaruh negative pada penawaran. 

b).Teknologi Produksi

    Dengan teknologi maka efisiensi dan optimalisasi akan tercipta. Kenaikan teknologi dapat menurunkan biaya produksi sehingga meningkatkan keuntungan dan penawaran akan barang tersebutpun akan meninggkat.

c.       Kurva Penawaran

P                                    S

 

  40

  30

 


                                      Q

                      100   120

 

D.      Keseimbangan Pasar

1.      Pengertian Keseimbangan

Keseimbangan atau ekuilibrium menggambarkan suatu situasi dimana semua kekuatan yang ada dalam pasar, permintaan dan penawaran, berada dalam keadaan seimbang sehingga setiap variable yang terbentuk di pasar, harga dan kuantitas sudah tidak lagi berubah. Dalam keadaan ini harga dan kuantitas yang diminta akan sama dengan yang ditawarkan sehingga terjadilah transaksi.

2.      Proses Tercapainya Keseimbangan

Proses terjadinya keseimbangan dalam pasar dapat berawal dari sisi mana saja, baik dari permintaan ataupun penawaran.

3.      Perubahan Keseimbangan

a.       Perubahan Berasal dari Sisi Permintaan

b.      Perubahan Berasal dari Sisi Penawaran

c.       Perubahan Berasal dari Sisi Penawaran dan Permintaan

 

E.       Ketidaksempurnaan Bekerjanya Pasar

1.      Penyimpangan Terstruktur

           Struktur atau bentuk organisasi pasar akan mengganggu mekanisme pasar dengan cara yang sistematis dan terstruktur pula. Struktur pasar yang dimaksud adalah monopoli, duopoly, oligopoly, dan kompetisi monopolistik. Misanya saja dalam monopoli, produsen monopolis bisa saja mematok harga yang tinggi untuk memperoleh keuntungan di atas normal, demikian pula untuk pasar yang lain.

2.      Penyimpangan Tidak Terstruktur

           Selain itu juga terdapat faktor-faktor yang incidental dan temporer yang mengganggu mekanisme pasar. Beberapa contohnya adalah usaha sengaja menimbun untuk menghambat pasokan barang agar harga pasar naik (ikhtikar), penciptaan permintaan semu untuk menaikan harga (najasyi), penipuan kualitas, kuantitas, harga, atau waktu pengiriman (tadlis), kolusi para pedagang untuk membuat harga di atas normal (bai al-hadir lil badi), dan lain-lain.

 

3.      Ketidaksempurnaan Informasi dan Penyesuaian

           Ketidaksempurnaan pasar juga disebabkan karena ketidaksempurnaan informasi yang dimiliki para pelaku pasar. Informasi merupakan hal yang penting sebab ia menjadi dasar bagi pembuatan keputusan. Rasulullah melarang berbagai transaksi yang terjadi dalam ketidaksempurnaan informasi, missal menghalangi transaksi pada harga pasar, mengambil keuntungan yang tinggi dengan memanfaaatkan kebodohan konsumen, dan lain-lain.

 

F.       Konsep Harga dan Solusi Islam Terhadap Ketidaksempurnaan Bekerjanya Pasar

            Ajaran Islam member perhatian yang besar terhadap kesempurnaan mekanisme pasar. Pasar yang bersaing sempurna menghasilkan harga yang adil bagi penjual dan pembeli. Karenanya jika mekanisme pasar terganggu, maka harga yang adil tidak dapat dicapai, begitu pun sebaliknya.

1.      Harga yang Adil dalam Islam

      Harga yang adil ini dijumpai dari beberapa terminologi, anatara lain : si’r al-mithl, thaman al-mithl, dan qimah al-adl. Ibn Taimiyah mendefinisikan harga yang adil itu adalah harga baku diman penduduk menjual barang-barang mereka dan secara umum diterima sebagai sesuatu yang setara dengan itu dan untuk barang yang sama pada waktu dan tempat yang khusus. Sedangkan dalam Al-Hisbah ia mengatakan bahwa equivalen prince ini sesuai dengan keinginan atau harga yang ditetapkan oleh kekuatan pasar yang berjalan secara bebas dan kompetitif.

      Pada prinsipnya transaksi bisnis harus dilakukan pada harga yang adil sebab ia adalah cerminan dari komitmen syariat Islam terhadap keadilan yang menyeluruh. Jadi harga yang adil secara umum adalah harga yang tidak menimbulkan penindasan atau kezaliman sehingga ada pihak yang dirugikan. Harga harus menguntungkan untuk semua pihak.  

2.      Solusi Islam terhadap Ketidaksempurnaan Bekerjanya Pasar

a). Larangan Ikhtikar

     Rasulullah telah melarang praktek ikhtikar, yaitu secara sengaja menahan atau menimbun  barang, terutama pada saaat terjadinya kelangkaan, dengan tujuan untuk menaikan harga di kemudian hari. Akibat dari ikhtikar ini masyarakat luas akan dirugikan oleh sekelompok kecil yang lain. Agar harga dapat kembali ke posisi semula maka pemerintah dapat melakukan berbagi upaya menghilangkan penimbuanan ini.

     Namun tidak termasuk ikhtikar adalah penumpukan yang dilakukan pada situasi ketika pasokan melimpah, misalnya penimbunan atau penahanan pada saat panen besar, dan segera menjualnya pada saat pasar membutuhkan.

b). Membuka Akses Informasi

     Beberapa larangan terhadap praktik penipuan pada dasarnya adalah upaya untuk menyebarkan keterbukaan informasi sehingga transaksi dapat dilakukan dengan sama-sama suka dan adil. Beberapa larangan ini antara lain: talaqi rukhban (membeli barang dengan cara mencegat para penjual di luar kota), bay najasyi (mencakup pengertian kolusi dimana antarpenjual satu dengan yang lainnya melakukan kerja samauntuk menipu konsumen), ghaban fahisy (upaya sengaja untuk mengaburkan informasi sebab penjual memanfaatkan ketidaktahuan konsumen untuk mencari keuntungan yang tinggi.

c). Regulasi Harga

     Pada dasarnya jika pasar sudah bekerja dengan sempurna, maka tidak ada alas an untuk mengatur tingkat harga. Penetapan harga justru akan mendistorsi harga sehingga akhirnya mengganggu mekanisme pasar itu sendiri. Jadi regulasi harga dapat dilakukan pada situasi tertentu saja.

     Pemerintah dapat melakuakan regulasi harga apabila pasar bersaing tidak sempurna, dan keadaan darurat. Apabila terpaksa menentapkan harga, maka konsep harga yang adil harus menjadi pedoman. Adapun beberapa keadaan darurat diantaranya adalah harga naik sedemikian tinggi di kuar kewajaran, menyangkut barang-barang yang amat dibutuhkan masyarakat, terjadi ketidakadilan.

G.      Peranan Pemerintah dalam Mengontrol Pasar

            Untuk lebih menjamin berjalannya mekanisme pasar secara sempurna peran pemerintah sangat penting. Rasulullah SAW sendiri telah menjalankan fungsi sebagai market supervisor atau Al-Hisbah, yang kemudian banyak dijadikan acuan untuk peran negara terhadap pasar. Peran pemerintah dalam pasar diantaranya adalah untuk mengatur dan mengontrol pasar serta moral secara umum.

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

 

        Mekanisme pasar yang berjalan dalam sistem ekonomi islam mempunyai konsep islam dalam hal penentuan harga yang berBasis pada kekuatan pasar , yaitu kekuatan permintaan dan penawaran. Pertemuan antara permintaan dan penawaran tersebut harus terjadi rela sama rela, tidak ada pihak yang merasa tertipu, atau adanya kekeliruan objek transaksi dalam melakukan transaksi barang tertentu pada tingkat harga tertentu.

       Dengan demikian, islam menjamin pasar bebas dimana para pembeli dan penjual bersaing satu sama lain dengan arus informasi yang berjalan lancar dalam kerangka keadilan yaitu dengan tidak adanya pihak yang merasa di dzalimi atau pun mendzalimi.